Media dan Praktisi Humas Bersatu Hadapi Komunikasi Destruktif

25 September 2021 17:17

GenPI.co - Dirjen Informasi & Komunikasi Publik Kemenkominfo Usman Kanson menjelaskan, pemerintah sedang melakukan tranformasi digital agar terjadi pemerataan akses digital di seluruh Indonesia.

“Dengan pemerataan itu kami berharap terjadi komunikasi yang menghidupkan, di mana komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan kritis,” ujar Usman dalam webinar yang diselenggarakan Media Labs Digital Communications Agency, Kamis (23/9).

CEO Media Labs Dudy S. Takdir mengatakan, korporasi harus cekatan dan kreatif dalam kondisi seperti saat ini.

BACA JUGA:  Pak Jokowi, Media Asing Sorot Penjara Indonesia

“Kalau tidak, Anda akan terbawa arus disinformasi,” katanya.

Kristanto Hartadi dari Pertamina Hulu Indonesia/PHI dan Dwimawan Heru (Jasa Marga) sepakat bahwa korporasi harus menyadari bahwa saat ini teknologi digital telah membawa berbagai perubahan pola kerja media massa.

BACA JUGA:  5 Cara Mengembangkan Usaha dengan Mudah Melalui Media Sosial

“Korporasi harus rajin memitigasi pemberitaan,” ujar Kristanto.

Sementara itu, Heru memaparkan konsep buku tabungan media monitoring.

BACA JUGA:  Cita Citata Mendadak Marah-marah di Media Sosial, Duh Kenapa Ya?

“Bila ada satu berita negatif, berarti rekening kita terdebit satu poin. Kita harus kasih sembilan berita positif sehingga buku tabungannya masih ada kredit plus sembilan,” ujar Communication & Community Development Group Head Jasa Marga itu.

Keresahan terhadap perkembangan teknologi digital yang mengarah ke hal yang negatif juga dirasakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI).

AMSI pun selalu berusaha me-leverage kemampuan para anggotanya.

“Bukan hanya dari sisi kode etik jurnalistik, juga dari sisi bisnis, agar mereka tidak terlalu tergantung dengan iklan-iklan pemda,” ujar Ketua AMSI Jakarta Erik Somba.

Agus Sudibyo dari Dewan Pers juga mengingatkan pihak korporasi agar tidak melihat algoritma sebagai patokan untuk beriklan.

Menurut dia, algoritma dalam beberapa tahun belakangan ini memberikan dampak buruk bagi brand.

“Beberapa brand besar di luar negeri bahkan pernah memboikot YouTube akibat iklannya terasosiasi dengan ISIS dalam sebuah konten,” tutur Ketua Komisi Kerjasama Lembaga dan Luar Negeri Dewan Per situ.

Wakil Ketua APPRI (Asosiasi Perusahaan PR Indonesia) Sari Soegondo menyayangkan kegagapan yang masih kerap terjadi pada pihak korporasi.

“Mereka sadar bahwa saat ini sedang toward digital, tetapi masih minta berita naik di media cetak,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Umum Perhumas Indonesia Agung Laksamana menggugah para praktisi humas di kondisi seperti sekarang untuk memiliki sense of criris melakukan personalisasi.

“Staf humas harus pintar melihat siapa target audience/media dari pesan yang mau disampaikan dengan kata lain pesan itu harus personalized. Dengan begitu, komunikasinya menjadi efekftif dan impactful,” ujar dia. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co