Irwan Hidayat: Kalau Mau Maju, Harus Berani Lakukan Hal-Hal Baru

21 September 2020 09:40

GenPI.co - Direktur PT Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat terus mengajak para dokter ikut berperan aktif dalam penelitian tanaman obat di Indonesia.

Menurut pengusaha 73 tahun tersebut, Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah dan bisa terus dikembangkan.

BACA JUGA: Festival Buah di Pasar Sido Makmur Diserbu pengunjung

“Jika ingin berhasil memanfaatkan tanaman obat, kita harus berani melakukan hal-hal baru,” kata Irwan dalam webinar bertajuk Strategi Pengembangan dan Pemanfaatan Herbal Menuju Indonesia Sehat, Sabtu (19/9).

Webinar tersebut merupakan kerja sama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Semarang.

Meskipun demikian, Irwan menggarisbawahi terobosan yang dilakukan harus sesuai dengan ketentuan.

“Tidak melanggar peraturan, etika, profesi, dan moral,” tegas Irwan.

Dia menjelaskan, pemerintah sudah membuat regulasi dan landasan hukum. Sebagian di antaranya sudah diberlakukan.

Misalnya, Permenkes Nomor 003 tahun 2010 tentang Saintifikasi Jamu dan UU tentang Obat Herbal.

Selain itu, Badan POM sudah mengeluarkan peraturan tentang obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

“Saya mengusulkan supaya dilakukan penelitian terhadap tanaman obat yang boleh digunakan sebagai obat,” ujar Irwan.

Dia menambahkan, setiap tahunnya ditargetkan 50 tanaman obat baru yang boleh dimanfaatkan oleh industri.

Menurut Irwan, jenis tanaman dan biota laut di Indonesia lebih dari 28 ribu spesies.

Akan tetapi, saat ini baru sekitar 350 jenis yang boleh dimanfaatkan.

“Bandingkan dengan China yang ribuan jumlahnya. Kita harus memberi saran dan masukan supaya lebih banyak lagi yang bisa dilakukan,” kata Irwan.

Irwan menjelaskan, cara yang sudah dilakukan ialah masuk ke celah-celah peraturan.

Akan tetapi, dia menegaskan bahwa cara langkah tersebut tidak melanggar peraturan.

Dirinya mencontohkan ketika Sido Muncul membangun pabrik baru dengan standar farmasi pada 1997.

Saat itu Sido Muncul menggunakan standar cara pembuatan obat yang baik (CPOB).

Pabrik jamu sendiri biasanya menerapkan standar cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB).

Pabrik jamu Sido Muncul akhirnya diresmikan Menteri Kesehatan Suyudi pada 2002.

Sido Muncul juga membangun laboratorium research and development (RnD), quality control, dan quality assurance yang memiliki peralatan sangat lengkap.

“Padahal pada waktu itu tidak ada pabrik jamu yang punya laboratorium memadai karena tidak ada keharusan membangun laboratorium seperti yang kami bangun,” sambung Irwan.

Pada 2002, Sido Muncul melakukan uji toksisitas Tolak Angin. Pengujian dilakukan oleh Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang dipimpin Ipang Djunarko.

“Hasilnya terbukti Tolak Angin aman untuk dikonsumsi jangka panjang hingga 232 bulan,” kata Irwan.

Menurut Irwan, pada saat itu, bahkan sampai saat ini BPOM tidak mengharuskan uji toksisitas.

Sido Muncul sendiri menjadi perusahaan pertama yang melakukan uji toksisitas.

“Kami juga terus melakukan uji toksisitas produk-produk kami supaya  aman dikonsumsi,” jelas Irwan.

Dia menambahkan, pihaknya melakukan uji khasiat terhadap Tolak Angin pada 2007.

Pengujian dilakukan oleh Lembaga Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang yang dipimpin oleh Edi Dharmana.

Berdasarkan hasil pengujian, meminum dua saset Tolak Angin setiap hari bisa meningkatkan sel-T yang merupakan indikator daya tahan tubuh.

“Ini tidak melanggar peraturan, tetapi kreativitas melakukan sesuatu yang baik, yang bisa membangun kepercayaan masyarakat,” kata Irwan.

Dalam kesempatan itu Irwan juga menyoroti kemungkinan peneliti, dokter, ataupun apoteker yang melakukan penelitian terhadap Tolak Angin dan terbukti bisa meningkatkan sel-T.

“Apakah peneliti tidak boleh mengumumkan hasil penelitiannya? Apakah ini merupakan bentuk endorse produk?” kata Irwan.

Irwan menilai pandangan seperti itu harus dikaji kembali. Menurut dia, peneliti yang mengumumkan hasil penelitiannya merupakan hal yang sah.

“Harus dibedakan dengan yang bukan peneliti meng-endors produk tertentu,” tegas Irwan.

Irwan menjelaskan, tidak akan ada yang mau meneliti apabila hasil penelitian terhadap suatu produk dianggap melanggar etika.

BACA JUGA: Sehat dan Langsing, Jamu Sido Muncul Wujudkan Impian Para Wanita

Menurut Irwan, hal yang paling penting ialah peneliti yang melakukan penelitian merupakan ilmuwan.

Selain itu, peneliti juga tidak sembarangan melakukan penelitian. Dia harus menerapkan protokol-protokol penelitian.

Oleh karena itu, kata Irwan, pemerintah, pengusaha, dan akademisi harus lebih terbuka, berkomitmen, serta melihat dari sudut pandang yang lebih luas agar tidak salah kaprah.

“Dengan demikian, ke depannya bisa muncul peneliti-peneliti baru. Semoga pemikiran saya berguna,” ujar Irwan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co