GenPI.co - Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance Esther Sri Astuti menyebutkan bahwa IPM Indonesia akan meningkat jika ada penguatan investasi di sektor pendidikan, alih teknologi, dan kecukupan infrastruktur untuk mendukung sektor pendidikan.
Selain itu, kurikulum yang sesuai dengan pasar tenaga kerja serta alokasi anggaran sektor pendidikan yang tepat guna sehingga efektif juga perlu dilakukan.
“Kalau semua itu masih belum dipenuhi, maka IPM tidak akan tinggi,” kata Esther dikutip GenPI.co, Senin (6/9)
Adapun kelima faktor tersebut belum bisa dicapai pemerintah Indonesia selama ini. Dengan demikian, tak heran IPM tak mencapai target APBN.
Tahun lalu, pemerintah juga tak berhasil mencapai target IPM sebesar 71,98. IPM ditargetkan mencapai 72,78-72,95 pada 2021.
Meskipun perkembangannya kini datar, sebenarnya IPM Indonesia pernah melonjak tinggi hingga mengalami peningkatan rata-rata sekitar 0,89%.
Indonesia masuk kategori sedang pada 2014 dan naik menjadi kategori tinggi pada 2018.
Sebelumnya, berdasarkan data September 2020 lalu, tingkat pengangguran berdampak terhadap jumlah kemiskinan yang mencapai 4,83 orang anggota rumah tangga.
Lebih dari itu, pandemi Covid-19 juga berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada 2020 hanya mencapai 71,94.
Angka ini ada di bawah target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020, yaitu sebesar 72,51.
“Hampir flat padahal pertumbuhan rata-rata per tahunnya 0,5-0,6%,” kata Suhariyanto.
Perlambatan pertumbuhan IPM tersebut sangat dipengaruhi oleh turunnya rata-rata pengeluaran per kapita.
Indikator ini turun dari Rp 11,3 juta pada 2019 menjadi Rp 11,01 juta pada 2020 karena pendapatan masyarakat turun akibat pandemi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News