Startup Terancam Bubble Burst, Saat Bisnis Bukan Jadi Passion

10 Juni 2022 08:20

GenPI.co - COO NAMA Beauty M Jupaka mengomentari fenomena bubble burst yang kini dialami sejumlah perusahaan rintisan (startup) di Indonesia.

Bubble burst adalah pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan nilai pasar yang naik cepat, terutama harga aset. Namun, inflasi yang cepat tersebut juga dibarengi penurunan nilai yang signifikan pula.

Jupaka mengatakan startup memang telah memasuki winter era.

BACA JUGA:  Direktur Celios Sorot Deretan Startup yang Melakukan PHK

"Soal bubble burst, biasanya memang muncul periodik tiga sampai empat tahun sekali," ujar Jupaka di Menteng, Jakarta, Rabu (8/6).

Juri Diplomat Succes Challenge (DSC) 2022 itu mengatakan sebuah bisnis akan mulai terevaluasi secara default setelah tiga tahun berdiri.

BACA JUGA:  Peringatan Untuk Para Startup, Harus Segera Buat Strategi

Jupaka menyebut startup sedari awal selalu mempopulerkan burning money.

Namun, dia mengatakan burning money sebenarnya istilah yang dipakai di pasar saja.

Misalnya, jika biaya marketing lebih tinggi dari seharusnya, langsung dicap burning money.

"Padahal, saat membangun startup, owner-nya tentu sudah menetapkan biaya marketing dengan jelas. Kalau begitu, sebenarnya tidak bisa disebut burning money," tuturnya.

Jupaka menilai bubble burst di lingkungan startup terjadi karena si owner menganggap bisnis sebagai komoditi, bukan passion.

Oleh karena itu, dia mengatakan ketika terjadi sesuatu, mereka langsung membakar uang marketing tanpa perhitungan.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co