GenPI.co - Persoalan dana darurat lebih baik disimpan di tabungan atau di instrumen investasi memang sering menjadi dilema.
Anisa Aprilia, certified financial planner, menuturkan dilema tersebut bisa terjawab setelah tahu tujuan sebenarnya dari dana darurat.
Anisa menyebut dana darurat merupakan dana yang sengaja disiapkan untuk saat-saat genting.
Namun, dia mengatakan saat-saat genting tersebut tidak tahu kapan akan terjadi.
“Oleh karena itu, kuncinya ialah likuiditas. Bukan enggak boleh diinvestasikan, melainkan mesti melihat seberapa likuid dana tersebut,” ujar Anisa kepada GenPI.co, Rabu (22/6).
Anisa menegaskan dana darurat mesti bisa diakses kapan saja. Sebab, situasi genting tidak ada yang tahu kapan akan terjadi.
Menurutnya, hampir semua instrumen investasi selalu memiliki likuiditas yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, Anisa mengatakan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, dana darurat bisa dibagi menjadi dua bagian.
“Ya, dibuat 50:50 lebih disarankan. Misalnya, dana darurat Rp 30 juta. Rp 15 juta ditaruh di tabungan, sedangkan sisanya di deposito,” katanya.
Namun, Anisa mewanti-wanti investor mesti memilih deposito yang bisa tidak terkena penalti saat dicairkan di tengah-tengah jangka waktu.
Menurut dia, beberapa instrumen investasi lain juga bisa dipilih untuk menyimpan dana darurat.
Hanya saja, kata dia, aspek likuiditas perlu diutamakan.
Selain itu, saran Anisa yang terakhir ialah jangan menaruh dana darurat di instrumen investasi yang berisiko tinggi.
“Misalnya, saham. Ketika situasi lagi kayak begini, (buruk, Red), uang yang harusnya dibutuhin malah nilainya berkurang,” ucapnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News