GenPI.co - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai kemungkinan harga mie instan naik tak akan bisa dihindari lagi.
Seperti diketahui, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan efek domino perang Rusia-Ukraina berpotensi menaikkan harga mi instan.
Selama ini, Indonesia mengandalkan pasokan gandum impor dari Rusia dan Ukraina.
Produk turunan gandum sendiri salah satunya ialah tepung terigu.
Menurut Bhima, selama enam bulan terakhir para pelaku bisnis sudah terdampak dengan konflik geopolitik itu.
"Selama enam bulan terakhir pelaku usaha sudah menahan penyesuaian harga jual, sehingga kenaikan harga mie instan ini juga tidak bisa dihindari," jelas Bhima kepada GenPI.co, Rabu (10/8).
Dia menjelaskan Inflasi di sisi produsen, termasuk industri makanan minuman, dilaporkan mencapai 11 persen pada kuartal ke II 2022.
"Biaya bahan baku mie instan, gandum, naiknya 9,79 persen di pasar spot selama satu tahun terakhir," katanya.
Bhima mengatakan hal tersebut belum termasuk rantai pasok gandum dari Ukraina yang terganggu akibat perang.
Oleh karena itu, kenaikan harga mungkin terjadi kapan saja.
Dilansir dari webinar Strategi Penerapan GAP Tanaman Pangan Memacu Produksi Guna Antisipasi Krisis Pangan Global, Syahrul Yasin Limpo mengatakan harga mie bisa naik hingga tiga kali lipat.
"Besok harganya (mie instan) naik 3x lipat," jelas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Senin (8/9). (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News