Dorong Pertumbuhan Kredit, OJK Fokus Pada 4 Hal Ini

26 Agustus 2022 08:20

GenPI.co - Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK, Teguh Supangkat menyebut perekonomian nasional terus mencatatkan tren pertumbuhan positif selama lima kuartal terakhir.

Hal tersebut disampaikan Teguh dalam webinar Warta Ekonomi yang bertajuk Policy Strategy of Increasing Bank Credit for Economic Improvment di Jakarta, belum lama ini.

Ia menjelaskan, pada kuartal II 2022, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,44 persen.

BACA JUGA:  Kripto VidyCoin Delisting, Kebijakan SWI OJK Rugikan Banyak Orang

Kondisi tersebut tentunya menjadi angin segar bagi perbankan, terutama terkait pertumbuhan kredit yang selalu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut juga dibuktikan oleh kinerja bank umum yang menunjukkan tren meningkat dengan total kredit pada Juni 2022 sebesar 10,66%, lebih tinggi dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 9,13%.

BACA JUGA:  Menko Airlangga Dukung OJK Berikan Edukasi ke Masyarakat

Selain itu, risiko kredit juga terus menurun hingga mencapai 2,8% dan rasio CAR yang meningkat 24,69%.

"Ini adalah kali pertama sejak pandemi pertumbuhan kredit ini lebih besar dari pertumbuhan DPK-nya," ujar Teguh dalam siaran pers, Kamis (25/8).

BACA JUGA:  Kominfo Geram PayPal Tak Berizin: Di OJK Saja Tidak Terdaftar

Meski demikian, Tegu mengatakan perbankan tetap perlu memperhatikan risiko kredit.

Terkait hal itu, OJK senantiasa melakukan evaluasi dan perbaikan berkala dengan fokus kepada 4 hal utama.

"Pertama, dinamika ekonomi yang terjadi akibat Covid-19. Kami juga terus mengamati efek rembetan dan normalisasi di berbagai negara," bebernya.

Fokus yang kedua adalah membangun infrastruktur pengawasan terintegrasi berbasis teknologi (suptech, data analytics, machine learning, AI).

Ketiga, tantangan struktural dengan melanjutkan program konsolidasi perbankan dan penguatan kultur kelembagaan yang mengarah pada digitalisasi.

"Fokus keempat adalah international standard. Kita ingin memperkuat assessment terhadap implementasi penerapan Basel III/ Basel III Reform dan penguatan implementasi ketentuan likuiditas dengan rencana assessment penerapan ILAAP dan LSREP," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS menegaskan bahwa potensi pertumbuhan kredit perbankan masih lebih besar lagi.

Ia membeberkan likuiditas perbankan juga masih cukup longgar di mana rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) di level 133,35% dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) di level 29,99% pada Juni 2022.

"Likuiditas masih longgar sehingga potensi untuk dukung pertumbuhan kredit masih memadai," jelasnya.

Untuk mendorong lebih jauh fungsi intermediasi perbankan, LPS telah menurunkan tingkat bunga penjaminan sebanyak 275 basis poin sejak 2019 sehingga berada di level yang rendah.

Adapun tingkat bunga penjaminan LPS di bank umum saat ini adalah 3,50% untuk Rupiah dan 0,25% untuk valas.

"Itu untuk mendukung percepatan pemulihan fungsi intermediasi dan sinergi dengan suku bunga acuan BI guna memperkuat momentum pemulihan ekonomi nasional," tandasnya.

Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Maybank Indonesia Tbk, Effendi menilai peluang kredit di masa depan khususnya untuk ritel akan mengarah ke digital.

Ia juga menyoroti pembiayaan produk syariah dan sustainability yang juga menjadi peluang untuk bank menyalurkan kredit.

"Penyaluran kredit secara digital/ otomasi akan terus berkembang ke produk non ritel yang lebih kompleks," tuturnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Yasserina Rawie

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co