Saat Dunia Menuju Kegelapan, Sri Mulyani Membawa Kabar Baik

24 September 2022 10:30

GenPI.co - Saat berbicara dalam acara puncak Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2022, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut perekonomian Indonesia berhasil bertahan dan kini telah kembali bangkit pasca dihantam pandemi covid-19.

Saat dunia dihantui dengan "kegelapan" tahun depan, Sri Mulyani mampu membawa kabar baik.

Hal tersebut, setidaknya bisa menjadi modal Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi tahun depan yang penuh dengan tantangan.

BACA JUGA:  Khasiat Suplemen Neurobion Forte Pink Memang Ampuh, Ini Dosisnya

"Artinya, pemulihan ekonomi telah terjadi secara masif dan meluas di Indonesia. Bahkan, kalau mau dibandingkan pun banyak negara Asia Tenggara bahkan negara G20 yang ekonominya belum pulih dari masa sebelum pandemi," kata Sri Mulyani, Kamis (22/9/2022).

Sri Mulyani membeberkan, bahwa hanya sedikit negara yang GDP-nya sudah melewati masa pre-pandemic atau tahun 2019, bahkan hal itu dicapai di pertengahan tahun.

BACA JUGA:  5 Tanda Hubungan Suami Istri Tak Mesra Lagi, Nomor 2 Parah

Banyak negara ASEAN, G20, sampai hari ini belum mencapai atau belum pulih ekonominya seperti pre-pandemic.

Seperti diketahui, dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Sri Mulyani sudah pernah menyatakan bila GDP Indonesia telah pulih ke level di masa pandemi sejak kuartal II-2021.

BACA JUGA:  Manfaat Daun Ketumbar Bikin Gula Darah Turun, Langsung Terkendali

Pada kuartal II-2021 GDP Indonesia menyentuh Rp 2.773 triliun, sedikit di atas kuartal II-2019 yang mencapai Rp 2.735.

Selain itu, pemulihan ekonomi Indonesia pada 2021 sudah melewati level sebelum Covid-19 dari sisi GDP. Adapun persentasenya adalah 1,6% di atas GDP 2019.

Menurut Sri Mulyani, meskipun APBN dibebani penanganan covid-19, tambahan utang dan defisit anggaran bisa terkendali dibandingkan negara lain.

"Ada yang mencapai defisitnya double digit, 10-15%, dan bahkan ekonominya belum pulih. Defisit kita di 2020 di 6%, turun ke 4,7% (di 2021), dan tahun ini kami harap turun lagi. Artinya ini kami gunakan instrumen keuangan negara dan daerah secara hati-hati, proper, dan bertanggung jawab," jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya, ramalan dunia terkait kegelapan tahun depan akibat berbagai dinamika geopolitik yang memicu sejumlah krisis bukanlah isapan jempol semata.

Situasi ini bahkan sudah diingatkan oleh Bank Dunia (World Bank) dalam laporan terbarunya.

Lembaga internasional tersebut memproyeksikan perekonomian global dapat kembali terpangkas hingga 0,5% pada 2023 mendatang, tak lepas dari langkah agresif yang dilakukan bank sentral di banyak negara di berbagai belahan dunia.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kondisi perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah, yang disertai dengan tingginya tekanan terhadap inflasi dan ketidakpastian di pasar keuangan.

Pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih besar.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan bank sentral, penurunan perekonomian akan terjadi di negara dengan kekuatan ekonomi terbesar seperti Amerika Serikat (AS) dan China. Bahkan, ada risiko resesi di sejumlah negara-negara maju.

Selain itu, volume perdagangan dunia diperkirakan akan tetap rendah.
Di tengah perlambatan ekonomi, disrupsi pasokan meningkat sehingga mendorong harga energi bertahan di level tertinggi.

"Tekanan inflasi global semakin tinggi seiring dengan ketegangan geopolitik, kebijakan proteksionisme yang masih berlangsung, serta terjadinya fenomena heatwave di beberapa negara," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.

Saat ini, kata Perry, inflasi di negara maju maupun negara berkembang lainnya meningkat.

Bahkan inflasi inti berada dalam tren meningkat sehingga mendorong bank sentral di banyak negara melanjutkan kebijakan moneter agresif. (Ant/GenPI.co)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co