Ancaman Krisis Ekonomi Nyata, Ahli Sebut Anak Muda Harus Kompetitif

28 Oktober 2022 14:10

GenPI.co - Staf Khusus Wapres 2007-2014, Wijayanto Samirin menyebut dalam 25 tahun terakhir ini telah terjadi 3 krisis ekonomi, sehingga krisis bukanlah sesuatu yang harus kita takutkan tetapi sesuatu yang harus dihadapi.

Wijayanto mengibaratkan ekonomi dunia yang sedang pasang surut seperti pesawat besar Airbus A380, mesinnya 4 penumpangnya yang sangat banyak.

“Mesin yang pertama yaitu Amerika Serikat yang mewakili 25% ekonomi dunia mengalami perlambatan, dengan inflasinya tertinggi dalam 40 tahun terakhir,” ujarnya dalam diskusi “Tantangan Dunia Kerja di Tahun Turbulensi 2023” di Universitas Paramadina, Kamis (27/10).

BACA JUGA:  Moeldoko Ingatkan Masyarakat Soal Krisis Ekonomi

Mesin kedua, menurutnya adalah China mewakili 18% ekonomi dunia perekonomiannya sedang turun, produksi pangan turun, selama ini bergantung pada PLTA namun karena kekeringan maka mengalami masalah.

Mesin Ketiga yakni European Union mewakil 18% ekonomi dunia, tidak sedang baik-baik saja karena adanya konflik, sehingga kesulitan untuk mempertahankan perekonomiannya.

BACA JUGA:  Masyarakat Yakin Presiden Jokowi Mampu Mencegah Krisis Ekonomi

Mesin keempat adalah negara-negara di luar ketiga kelompok sebelumnya mewakili 39% ekonomi dunia termasuk Indonesia.

Menurut Wijayanto, mesin keempat ini masih berfungsi dengan baik tapi juga tak lepas dari masalah.

BACA JUGA:  Jabar Bersiap Hadapi Potensi Krisis Ekonomi 2023

“Saat ini ada 27 negara yang sedang mengantri di IMF untuk dibantu seperti Indonesia pada tahun 1998. 39% ini tidak mengalami krisis tapi juga tidak baik-baik saja,” imbuhnya.

Krisis yang terjadi di masa lalu bisa diidentifikasi, kalau bukan krisis keuangan pasti krisis energi dan solusinya memperkuat perbankan agar ekonomi dapat berjalan lagi.

Namun, krisis saat ini berbeda dikarenakan adanya Pandemi Covid, Perang Ukraina-Rusia, Kekeringan di China terburuk selama 60 tahun terakhir, apakah krisis Lembaga keuangan di dunia juga akan berbenturan.

Jika pertumbuhan ekonomi bagus, maka perusahaan akan melakukan ekspansi dan membuka lapangan pekerjaan baru, namun kalau pertumbuhan ekonomi rendah, maka perusahaan akan mengerem ekspansinya bahkan membuat efisiensi sehingga  lapangan pekerjaan menjadi lebih lebih sulit.

“Dari pembacaan saya dari literature dan juga pengalaman, supaya bisa survive di era ketidakpastian seperti ini kita perlu mindset baru, attitude dan skill baru, dan model bisnis baru. Kalau kita menggunakan mindset lama, attitude lama, dan bisnis model lama kita tidak akan survive,” ungkapnya.

Wijayanto juga memberi pesan agar para lulusan berani bersaing.

“Improve terus dari knowledge, lengkapi dengan soft skill dan life skill,” pungkasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co