Pendiri Telegram Sebut Whatsapp Tidak Aman Sejak Diciptakan

17 Mei 2019 18:00

GenPI.co - Pendiri Vkontakte dan Telegram, Pavel Durov, menerbitkan sebuah tulisan hari Jumat (17/5)  mengenai keamanan aplikasi percakapan Whatsapp. Ia mengatakan bahwa Whatsapp adalah aplikasi yang rentan secara keamanan dan setelah setiap pembaharuan versi akan selalu muncul lubang baru dalam keamanan mereka.

Tulisan tersebut dipublikasikan Pavel Duvol dalam aplikasi percakapan Telegram. Dia menyebut bahwa sejak pertama kali diciptakan, Whatsapp adalah aplikasi yang tidak aman karena pesan dikirim dari satu gawai ke gawai lainnya hanya dalam bentuk dokumen teks biasa. Hal ini membuat nya bisa diakses dengan mudah oleh pemerintah, peretas, perusahaan telekomunikasi, dan admin Wi-Fi.

Baca juga: Ini Imbauan Pakar Agar Whatsapp Tak Diretas 

Whatsapp kemudian mengumumkan telah memasang perlindungan pada setiap pesan yang dikirim, namun kunci dari sistem perlindungan itu dibagikan ke beberapa pemerintah, termasuk Rusia. Ini membuka kesempatan bagi pemerintahan yang korup dan menindas untuk melihat isi pesan dari orang-orang yang mereka anggap sebagai lawan pemerintah.

Pada tahun 2016 Whatsapp mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan ‘end to end encryption’ untuk melindungi pesan pengguna mereka. End to end encryption adalah sistem keamanan dimana pesan yang hendak dikirim diacak susunannya lalu dikirimkan, saat diterima, pesan disusun ulang ke urutan semula sehingga bisa dibaca oleh si penerima.

Sembari berusaha membuat penggunanya percaya dengan sistem keamanan terbaru mereka, Whatsapp mendorong mereka  untuk melakukan back-up data Secara online di layanan penyimpanan awan (misalnya pada google drive). Namun Whatsapp tidak memberi tahu bahwa data yang disimpan di awan ini tidak dilindungi oleh sistem enkripsi sehingga saat dibobol oleh peretas maka semua data akan bisa langsung dibaca.

Baca juga: Seram, Perusahaan ini Punya Aplikasi Penyadap Whatsapp 

Whatsapp sendiri melalui induk perusahaannya, Facebook, pernah membuka data penggunanya kepada pemerintah. Setelah FBI gagal menerobos sistem keamanan Whatsapp, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan surat perintah kepada Facebook untuk memberikan data Whatsapp yang diperlukan.

Pada tahun 2017, Forbes pernah menurunkan artikel yang membeberkan kasus-kasus dimana Whatsapp memberikan data pengguna kepada pemerintah. Sementara The Guardian menurunkan artikel mengenai fitur pada Whatsapp yang berpotensi disalahgunakan oleh penegak hukum atau peretas. Semua kejadian ini dimana Whatsapp diminta secara paksa untuk membagikan data mereka adalah diluar kejadian kebocoran pada algoritma pemograman (backdoor) Whatsapp yang lemah dan bisa dimanfaatkan oleh peretas. Kesimpulannya, data pengguna Whatsapp bisa diakses baik secara legal maupun illegal.

Pavel Durov sendiri adalah orang Rusia yang mengasigkan diri dari negaranya untuk alasan keselamatan. Itu dilakukan setelah pemerintah Rusia menekannya untuk membuka data dan menutup akun-akun Vkontakte yang dianggap melawan pemerintah Rusia. Durov kini hidup sebagai nomad. Setelah menjual seluruh kepemilikannya di Vkontakte, sebuah media sosial ala Facebook yang kepopulerannya di Eropa Timur telah mengalahkan Facebook.

Berdasarkan pengalamannya di Rusia, Durov mendirikan aplikasi percakapan Telegram pada tahun 2013. Telegram dirancang sebagai aplikasi percakapan bagi mereka yang mencari keamanan dan kemudahan dalam berkomunikasi. Telegram mendapat sambutan positif dari pengamat teknologi dan dianggap sebagai aplikasi percakapan yang paling aman sampai saat ini.

Uniknya, beberapa fitur Telegram telah ditiru oleh Whatsapp. Di antaranya fitur replies, mentions, masuk grup melalui tautan, pinned chat, dan dukungan pdf.

Nonton juga  video berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co