Apa Filosofi Motif Tenun yang Dipakai Jokowi di Labuan Bajo?

13 Juli 2019 09:20

GenPI.co - Ada yang menarik dari kunjungan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Rabu-Kamis (10-11/7) lalu. Sesaat setelah turun dari pesawat Kepresidenan, keduanya disambut dengan sebuah ritual Adat khas masyarakat Manggarai. 

Dalam momen itu, pada bahu Presiden maupun Ibu Negara disampirkan selembar tenun khas Manggarai. Masyarakat setempat menyebutnya Songke. Disamping itu, Jokowi juga mendapat sebuah peci dengan motif serupa dengan songke yang ia kenakan.

Tenunan songke memiliki motif yang unik. Dengan beragam warna, motif-motif tersebut tampak mencolok di atas kain yang berwarna dasar hitam itu. Tak sekedar gambar tanpa makna, ada filosofi mendalam yang terkandung dalam motif-motif tersebut. Semuanya mencerminkan kearifan lokal dari masyarakat yang mendiami unjung barat pulau Flores tersebut.

Baca juga:

Terkait BOP Labuan Bajo, Jokowi: Kalau Masyarakat Tidak Mau, Stop 

Bisa Foto Bareng Jokowi, Ranger TNK: Beda dengan Presiden Dulu 

Jokowi Kunjungi Puncak Waringin, Area Wisata Baru di Labuan Bajo 

Salah satu motif di dalam kain songke adalah motif su’i. Bentuknya berupa garis-garis lurus yang berada di antara satu motif dengan motif lainnya. Su’i melambangkan segala sesuatu yang memiliki akhir. Seperti hidup yang cepat atau lambat akan menemui ujungnya. Su’i juga dapat berarti kehidupan masyarakat Manggarai dibatasi oleh garis-garis berupa peraturan adat yang tidak boleh dilanggar.


Motif Su'i

Ada juga motif mata manuk. Rupanya seperti mata ayam. Motif ini dikaitkan dengan Tuhan yang maha melihat. Masyarakat Manggarai meyakini kebesaran Tuhan yang mempu melihat hingga ceruk paling gelap sekalipun. Perbuatan manusia tidak ada yang luput dari pengamatan-Nya.


Motif mata manuk

Selain su’I dan mata manuk, pada songke terdapat pula motif wela nkaweng. Wela berarti bunga. Sementara nkaweng adalah sejenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Manggarai untuk mengobati luka hewan ternak.  Wela nkaweng mengandung makna bahwa kehidupan manusia yang bergantung pada alam. Kelestarian alam akan menunjang kehidupan manusia dari waktu ke waktu.


Motif wela nkaweng

Kemudian ada motif wela runu.  Itu adalah sejenis tumbuhan bunga yang berukuran kecil. Motif ini mengandung arti bahwa meski pun tampak tak berarti, namun setiap kehidupan di dunia ini memiliki manfaat . Tak perlu berkecil hati bila tak dianggap, sebab dalam momentum tertentu keberadaan seseorang akan memberi arti besar bagi sesama.


Motif wela runu

Motif lainnya adalah Ntala  yang berarti bintang. Motif ini terkait erat dengan salah satu petuah Manggarai ‘Porot langkas haeng ntala’, yang artinya hendaklah mencapai bintang. Motif ntala bermakna, hendaknya kehidupan selalu berimbas positif bagi sesama serta memberikan perubahan pada lingkungan sekitar.


Motif ntala

Motif terakhir adalah Raggong atau  laba-laba. Bagi masyarakat Manggarai, laba-laba adalah hewan yang ulet dan bekerja keras dalam hidupnya. Kejujuran dalam hidup akan membuahkan hal baik, disenangi dan dimuliakan oleh orang di sekitar.(*)


Motif ranggong

Simak juga video menarik berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co