Mencecap Sejarah Proklamasi Kemerdekaan di Gedung Joang 45

17 Agustus 2019 09:17

GenPI.co – Kawasan Menteng Raya, Jakarta Pusat bertabur bangunan-bangunan lawas peninggalan jaman Belanda. Salah satunya  bangunan bernama ‘Museum Joang 45’ yang turut menjadi saksi penting dalam dalam kemerdekaan Indonesia.

Gedung Joang 45 dulunya adalah sebuah hotel bernama Schomper yang dibangun oleh pengusaha Belanda pada 1938. Pasca kekalahan Belanda dari Jepang pada tahun 1942, hotel ini diambil alih oleh Jepang lalu diserahkan kepada Pemuda Indonesia. 

Saksi Bisu Pemuda Menteng 31

Untung Supardi, edukator Museum Gedung Joang 45 mengatakan, di jaman Jepang, gedung tersebut adalah markas sekelompok pemuda yang menamakan diri Menteng 31.  Kelompok itu yang beranggotakan 11 pemuda. Mereka antara lain Sukarni, Chaerul Shaleh, A.M. Hanaf dan  Adam Malik Mereka rutin melakukan diskusi di gedung ini.

Pemuda Menteng raya 31 terdiri dari 11 orang yang merupakan anak didik Bung Karno dan Bung Hatta. Setelah Jepang kalah dengan sekutu, 11 pemuda inilah menuju ke rumah Bung Karno & Bung Hatta untuk memohon agar kemerdekaan segera dilaksanakan. 

“Pada 16 Agustus para pemuda mengajak Bung Karno ke Rengasdengklok,” ungkap Untung Supardi, edukator Museum Joang kepada GenPI.co yang menyambangi museum itu belum lama ini.

Pasca kemerdekaan, gedung ini masih terus menjadi saksi bisu aksi para pemuda. Beberapa aksi itu di antaranya mendesak pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), organisasi Barisan Pemuda, dan lain sebagainya.

Pada tahun 1974, gedung ini diresmikan sebagai museum dan beroperasi hingga hari ini. Museum Joang 45 beroperasi setiap hari Selasa sampai Minggu, pukul 9.00 WIB hingga 16.00 WIB. Biaya per tiketnya sangat terjangkau, yaitu Rp 5.000 untuk dewasa, Rp 3.000 untuk mahasiswa, dan Rp 2.000 untuk pelajar.

Baca juga:

Rengasdengklok dan Fakta-fakta yang Melingkupinya

Berusia 80 Tahun, Begini Penampakan Mobil Bung Karno

Ragam Koleksi

Sebagai mueum, Gedung Joang 45  memamerkan koleksi  terkait dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.  Salah satunya adalah diorama peristiwa proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Sementara Ruangan lainnya disebut Untung sebagai ruangan kerja Bung Karno. 

“Para pemuda Menteng 31 berusaha mengadakan rapat dengan pemuda lainnya agar melaksanakan proklamasi Kemerdekaan Indonesia.Di sinilah dimana Bung Karno dibawa ke Rengasdengklok oleh pemuda Menteng 31 dan pemuda lainnya dan membicarakan Proklamasi lalu merumuskan teks proklamasi dibantu oleh Moh Hatta dan Ahmad Sobardjo,” ucap Untung.

Di ruangan lain museum ini, terdapat koleksi TRIP yaitu Tentara Republik Indonesia Pelajar. Pada saat pertempuran antara Belanda dengan Indonesia dibentuklah pelajar-pelajar untuk dilatih ke militeran oleh tentara TRIP, sewaktu-waktu TNI butuh jadi pelajar sudah siap untuk pertempuran.

“Pakaiannya baret dan senjata Rantai Sepeda. Maknanya dari logo TRIP ini adalah pemuda-pemuda berani, berani mati dia menggunakan gambar tengkorak, mereka berjung untuk kepentingan kemerdekaan Indonesia,” lanjut Untung.

Di bagian lain, terdapat replika kapal perang milik Amerika Serikat. Pada tahun 1947 terjadi perundingan Renville antara Indonesia dan Belanda. Amerika sebagai mediator digunakanlah kapal laut ini untuk perundingan Renville. Selain itu uga terdapat poster-poster propaganda Jepang seperti Tjahaja Asia Nippon, Pelindung Asia Nippon, Pemimpin Asia Nipoin.

“Jadi mereka membuat poster ini untuk kepentingan Jepang, Pelindung adalah jepang, Pemimpin Asia adalah Jepang jadi seolah-olah Jepang adalah pemimpin,” imbuh Untung.

Sementara di salah satu sudut ruangan, dipajang sebuah bendera tua. Ini adalah Bendera Pembela Tanah Air  (PETA) sebuah kelompok milisi yang dibentuk Jepang pada  di mana pada 1943. Pada bendera tergambar  simbol Bulan Bintang sebagai representasi umat islam di Indonesia. 

Video populer saat ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co