GenPI.co - Kesempatan kedua adalah medan yang sulit. Memilih untuk menerima seseoang kembali ke dalam hidup kamu setelah dia menyakitimu sama sekali tidak sederhana.
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan ketika memutuskan akan memberi pasangan kesempatan kedua atau tidak.
Hal pertama adalah menentukan apakah pasangan memahami bahwa dia telah melakukan sesuatu yang telah menyakitimu.
Tanyakan pada dirimu tentang: Apakah dia bertindak seperti tidak ada yang terjadi? Apakah dia benar-benar mengakui kesalahan dan meminta maaf karena mengacau?
Hal terakhir yang kamu pikirkan adalah terjebak dalam siklus emosional di mana pasangan membuat kamu tampak dramatis tanpa alasan atau menutupi perasaan kamu.
Hubungan yang sehat mengharuskan ada tanggung jawab atas semua tindakan dan menerima tanggung jawab tersebut alih-laih menyalahkan orang lain.
Setelah kandas, kamu mungkin mendapati dirimu merenungkan pertanyaan, seperti: Mengapa saya harus memberi dia kesempatan lagi? Haruskah saya memberi dia kesempatan kedua setelah dia menyakiti saya?
Sebelum mencoba menjawab, pastikan kamu dapat memaafkan kesalahan yang dia lakukan.
Kegagalan dalam memaafkan dapat menghalangi setiap upaya untuk rujuk.
Memaafkan pasangan sebelum mempertimbangkan kesempatan kedua dalam hubungan adalah prasyarat mutlak.
Apakah menurutmu pasangan menunjukkan kedewasaan bersikap dan berpikir? Jika iya, apakah dia bisa mempertahankan kedewasaannya?
Meminta seseorang untuk berubah bukanlah perkara mudah.
Penting agar pasangan yang ingin berubah merasa didukung selama proses perubahan dan kamu memberikan umpan balik tentang keadaannya.
Oleh karena itu, jika kamu meminta perubahan dari pasangan, beri tahu dia bahwa upayanya menunjukkan hasil.
Penting juga bahwa pasangan memahami permintaan tersebut merupakan tanda komitmen. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News