GenPI.co - Fobia komitmen juga dikenal sebagai ketakutan akan komitmen atau kecemasan dalam hubungan, adalah masalah umum yang dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Dilansir Times of India, berikut alasan seseorang fobia komitmen, bagaimana mengidentifikasi perilaku ini dan bagaimana cara mengatasinya secara efektif.
Beberapa orang takut menjadi rentan dan terbuka secara emosional dalam hubungan yang berkomitmen.
Ketakutan ini bisa jadi disebabkan karena pernah mengalami penolakan atau rasa sakit hati di masa lalu, itulah sebabnya mereka sekarang takut untuk memikirkan rasa sakit tersebut.
Sebagai pasangan dari seseorang yang mengalami hal ini, kamu dapat membantunya dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana mereka dapat merasa nyaman mengekspresikan perasaan dan emosinya.
Kamu juga dapat mencoba mendapatkan kepercayaan mereka dengan mengungkapkan kerentanan untuk menunjukkan bahwa Anda juga memercayai mereka dan bersikap terbuka dan jujur dalam suatu hubungan tidak masalah.
Orang dengan harga diri rendah mungkin meragukan kelayakan cinta mereka dan takut ditolak dan ditinggalkan dalam hubungan yang berkomitmen.
Mereka mungkin takut gagal dan mengacaukan hubungan, sehingga membuat mereka menjauhi pasangannya.
Untuk membantu dan mengatasi seseorang yang menghadapi hal ini, dorong mereka untuk terlibat dalam aktivitas perawatan diri dan cinta diri, seperti praktik mindfulness, terapi, olahraga, dan mengejar minat mereka.
Ini dapat membantu mereka meningkatkan kepercayaan diri dan mengatasi rasa tidak aman serta rendahnya harga diri.
Pastikan untuk menunjukkan cinta dan penerimaan tanpa syarat kepada mereka untuk membuat mereka merasa lebih aman dan nyaman dalam hubungan tersebut.
Banyak orang yang takut terhadap komitmen sering kali khawatir bahwa berkomitmen pada suatu hubungan berarti mereka akan kehilangan kebebasan dan kemandirian, sehingga membuat mereka cemas dan takut.
Untuk membantu pasangan mengatasi ketakutan ini, cobalah menciptakan lingkungan yang menonjolkan sisi positif dari komitmen sambil menghormati kebutuhannya akan kemandirian.
Prioritaskan membangun hubungan berdasarkan rasa saling percaya, pengertian, dan menetapkan batasan yang sehat.
Rangkullah komunikasi tentang pentingnya ruang pribadi dan kebebasan, cobalah menemukan keseimbangan yang menghormati kedua perspektif. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News