Hari Pahlawan: Bahasa Asing Rohana Bikin Geleng-geleng Kepala

10 November 2019 12:25

GenPI.co - Nusantara memiliki banyak perempuan hebat yang berkarya nyata dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah Rohana Kuddus. 

Rohana Kuddus adalah seorang perempuan yang mendirikan sekolah dan surat kabar khusus perempuan, dan kini telah diangkat menjadi Pahlawan Nasional.

Lahir dengan nama Sitti Rohana pada 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat. Dia adalah putri dari pasangan Kepala Jaksa Moehammad Rasja Maharadja Sutan dan Kiam. 

Sitti Rohana memiliki hubungan keluarga dengan tiga orang penting dalam sejarah Indonesia, dia adalah kakak tiri Soetan Sjahrir, sepupu K.H. Agus Salim, dan bibi dari penyair Chairil Anwar.

BACA JUGA: 3 Tagar Trending di Hari Pahlawan, Warganet Kobarkan Semangat!

Perempuan tangguh ini senang membaca sejak kecil, dia melahap buku, majalah, dan surat kabar yang menjadi langganan ayahnya. 

Pada usia lima tahun, Rohana sudah mengenal aksara latin, Arab, dan Arab Melayu. 

Di usia tujuh tahun dia sudah bisa menulis dengan huruf Latin, Arab, dan Arab Melayu. Saat umur 8 tahun telah mampu berbicara dalam Bahasa Belanda.

Setelah dewasa, Sitti Rohana mendirikan sekolah khusus putri yang mengajarkan keterampilan, bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia yang didirikan pada 11 Februari 1911. Karena memesan peralatan dan kebutuhan menjahit melalui pemerintah Belanda, hasil karya murid Amai Setia berhasil diekspor ke Belanda. 

BACA JUGA: Mengenal 6 Sosok Pahlawan Nasional Baru

Sampai kini Amai Setia masih berdiri di Koto Gadang.

Dia lalu menikah dengan seorang notaris bernama Abdul Kuddus, sehingga kemudian dikenal dengan nama Rohana Kuddus. 

Kepada suaminya Rohana curhat tentang keinginannya terpendamnya. 

"Kalau hanya mengajar, yang bertambah pintar hanya murid-murid saya saja. Saya ingin sekali berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan kaum perempuan di daerah lain sehingga bisa membantu lebih banyak lagi," ujar Rohana dalam 'Rohana Kudus, Wartawan Perempuan Pertama Indonesia' karya Fitriyanti seperti dilansir dari Historia.

Keinginanya itu lalu dia sampaikan melalui surat kepada Pempimpin Redaksi surat kabar Oetusan Melajoe Datuk Sutan Maharadja. Dia mengusulkan kepada Sutan Maharadja supaya memberi ruang bagi tulisan perempuan. 

Mereka akhirnya bekerja sama dengan bantuan putri Datul Sultan Maharadja, yakni Ratna Juwita Zubaidah. Bersama menerbitkan surat kabar Soenting Melajoe pada 19 Juli 1912, dengan pembagian tugas Ratna menulis artikel dan mengurus keperluan Soenting Melajoe di Padang, sedangkan Rohana yang tetap di Koto Gadang karena tidak bisa meninggalkan Amai Setia, tetap menulis. 

Selain itu Rohana Kuddus menbantu mencarikan penulis lain bagi Soenting Melajoe. Murid Rohana di Amai Setia pun ada yang ikut menjadi kontributor Soenting Melajoe.

Soenting Melajoe memuat artikel terjemahan dari bahasa Belanda, sejarah, puisi, dan hasil kiriman para kontributor. Surat kabar ini terbit seminggu sekali dan beredar di Sumatera, sampai ke semenanjung, dan Singapura.

Tulisan Rohana berisi dorongan agar kaum perempuan menjadi lebih maju, kritik atas praktik pergundikan yang dilakukan orang Belanda atas perempuan Melayu, dan perilaku para mandor yang menjebak perempuan ke dalam praktik prostitusi. 

Pada 8 November 2019, Presiden RI Joko Widodo menetapkan Rohana Kuddus sebagai Pahlawan Nasional RI.
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina Reporter: Robby Sunata

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co