Bayu Puas, Aku Lemas

30 Januari 2020 18:32

GenPI.co - Aku memiliki cita-cita ingin menjadi seorang model. Bukan karena aku cantik dan memiliki tubuh aduhai, melainkan karena ingin dianggap dan dilihat oleh orang lain.

Aku pun melakukan segala cara untuk mengejar impianku. Kuputuskan bergabung dengan agensi model.

BACA JUGA: China Punya Kabar Sangat Buruk soal Virus Corona

"Theaaaaaaaa," teriak seseorang memanggil namaku.

"Ya, sebentar aku baru selesai catok rambut," jawabku.

"Cepetan. Lelet banget, sih!" balas Lita, satu-satunya teman dekatku di agensi model itu.

"Iya, iya. Aku tadi...," ujarku sambil membuka tirai hitam studio pemotretan.

"Happy birthday to you… Happy birthday to you… Happy birthday, happy birthday, happy birthday, Thea!" Lita menyanyi sambil memegang kue.

"Aaaaah so sweet,” aku nyaris meneteskan air mata.

"Ah, alay, lo. Cepetan tiup lilin. Udah mau abis dari tadi. Lo lama banget," Lita terus-terusan nyerocos.

Kudekatkan wajahku ke kue di depanku. Namun, Lita langsung mencegahku untuk meniup lilin di atas kue itu.

"Make a wish dulu woiii!" goda Lita sambil menjauhkan kue dari hadapanku.

"Oke… Oke," aku menutup mata sembari berkomat-kamit.

"Yeayyyyy! Happy birthday, sahabat lemotku! Apa harapan lo tahun ini, The?"  Lita sambil merangkul bahuku.

"Nggak banyak, Lit. Harapan gue sesuai dengan tujuan gue masuk ke tempat ini. Mau jadi model terkenal dan satu-satunya cara adalah dipotret sama Mas Bayu,” ujarku.

"Wow! I hope your wish is come true, ya. Lo harus punya daya tarik sendiri, sih. Kan lo tahu Mas Bayu punya selera model sendiri," ujar Lita.

"Siap! Thank you, Lit. Thank you banget lo mau jadi sahabat gue," ucapku sambil tersenyum pada Lita.

BACA JUGA: Sahabat, Kau Pergi Begitu Saja Setelah Meniduriku?

Bertepatan dengan ulang tahunku ke-23, berarti tepat satu tahun aku berada di agensi ini.

Namun, aku masih merasa belum mencapai apa pun. Padahal teman-temanku sudah menjadi bintang iklan. Ada juga temanku yang sudah tampil di fashion week.

"Hmm, gue kurang cantik? Apa gue kurang ajar sama Tuhan, ya?" keluhku sambil memainkan rambut di ruang make up.

"Permisi, Non. Ada surat" ujar salah satu OB di agensi.

"Oh, iya, makasih, Pak. Paling tagihan kartu kredit,"

Waktu sudah menunjukan pukul 19:41. Aku harus pulang sebelum jalanan makin sepi. Lokasi rumahku dari agensi ini memang tidak terlalu jauh.

Hanya membutuhkan sekitar setengah jam menggunakan ojek online. Aku pun membereskan barang-barangku dan pulang kerumah.

Sesampainya di rumah, waktu menunjukan pukul 20:30. Belum ada seorang pun berada di rumah. Mamaku memang bekerja sebagai seorang agen asuransi.

Tidak jarang dia pulang tengah malam. Papa sudah lama meninggal saat umurku 7 tahun. Adik laki-lakiku jarang pulang ke rumah karena lebih betah di tempat  temannya untuk bermain game online.

Rasanya pulang ke rumah yang tidak seperti rumah membuatku terkadang malas untuk harus kembali ke istana mewah ini.

Aku pun bergegas untuk tidur setelah membersihkan wajah dan badan. Sebelum tidur aku memiliki kebiasaan membaca komik dari handphone. Aku merasa hal tersebut cukup membantu mataku agar terasa lelah dan akhirnya terlelap.

"Aduuuh, sakit banget" keluhku karena handphone jatuh di mukaku saat aku tiba- tiba tertidur.

Memang ini cukup sering terjadi. Lama-lama tulang hidungku bisa patah karena tertimpa handphone melulu.

Karena asyik membaca, aku tidak sadar indikator baterai handphone sudah menunjukkan angka enam persen.

Aku pun bergegas mengambil charger yang ada di tasku untuk segera memenuhi daya handphone kembali.

Saat mengambil charger hanphone dalam tas, aku teringat sebuah surat yang diberikan oleh office boy tadi.

Aku sama sekali tidak menganggap surat tersebut penting karena mungkin hanya tagihan kartu kredit bulan lalu. Namun, bagaimanapun juga aku harus mengeceknya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" teriakku kencang

"Theaa! Ada apa sih malam-malam teriak? Tidur!" ujar mamaku yang ternyata sudah pulang

"Iya maaf, Ma," balasku sambil melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 01:20.

Surat yang aku terima adalah undangan dari Mas Bayu. Undangan tersebut rupanya dikirimkan karena aku berulang tahun.

"Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Rasanya malam ini akan mimpi indah," ucapku dalam hati. Aku bahagia setengah mati.

Hari yang dinanti pun tiba. Aku segera merias wajah, menata rambut, dan menggunakan kostum tema yang diinginkan Mas Bayu.

Sungguh hari rasanya aku sangat mendebarkan. Semoga saja aku tidak tampak aneh di hadapannya. Aku sudah mengidolakannya sejak SMA. Orangnya macho banget dan hasil karyanya sangat dikenal banyak orang.

"Halo, Mas Bayu," sapaku pelan ketika memasuki studio miliknya

"Hai, cantik sekali kamu rupanya," pujinya sambil menatap mataku.

Aku tersenyum tipis. Mas Bayu rupanya mengerti aku grogi setengah mati.

"Aku cuma agak minder sama semua model yang Mas pernah foto,” ujarku.

"Tinggi 170, berat badan 49. Nggak masalah. Kamu oke, kok. Seksi. Makanya aku sesuaikan konsepnya. Yang penting kamu ekspresif. Aku suka yang bisa mengekspresikan apa yang sedang dirasakan. Jangan kaku,"

Hari ini mengenakan mini dress berwarna hitam dengan tali satu di bagian bahu. Rambut panjang hitamku kuberi sedikit catok ikal pada bagian bawahnya.

Rambutku terasa banyak dan bergelombang rapi. Makeup tidak menggunakan yang menor.

Pada bagian mata aku menggunakan eyeliner agar mata tampak tajam dibantu dengan soflens gray, juga sentuhan lipstik merah pada bibir.

Di dalam studio telah tersedia sofa kulit berwarna merah maroon dengan kain-kain hitam yang tergantung di langit langit studio hingga ke lantai. Aku pun segera memulai gayaku sesuai dengan arahan Mas Bayu. Hari ini aku sangat merasa bahagia karena dianggap sangat spesial terlebih oleh idolaku.

Gerakan demi gerakan dia arahkan dengan lembut. Sesekali dia menyentuh tubuhku dengan lembut.

Jujur aku sangat terbuai dengan sentuhan lembutnya. Rasanya sangat tidak biasa ada pria bisa membuat aku senyaman dan sedekat ini.

"Thea, apa yang kamu inginkan?" ucap Mas Bayu saat merapikan rambutku ke belakang telinga

"Aku mau jadi model terkenal, Mas,”

"Nurut aja sama aku. Kamu akan dapetin apa yang kamu mau," jawabnya sambil memberikan minuman

"Serius, Mas? Makasih, Mas. Ini kado terindah ulang tahunku,”

"Iya, Thea, istirahat dulu, ya. Kamu cuma boleh minum air putih itu sedikit selama motret biar perut nggak keliatan buncit,"

Rasanya aku tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini. Sungguh ia adalah sosok yang aku inginkan.

Mas Bayu tampan, macho, lembut dan sangat pandai membua aku sangat nyaman. Selama ini tidak banyak yang dapat menyentuhku secara langsung.

"Hah, aku kok ketiduran. Apa- apaan ini? Mana pakaianku?" aku bangun dengan panik. Kepalaku terasa melayang

"Malam, Thea. Gimana rasanya,” Mas Bayu datang mendekat ke arahku

"Mas ini apa? Mas Bayu jahat!"

"Aku kan udah bilang, cukup nurut aja Thea akan jadi terkenal," bisiknya dengan lembut.

"Pergi lo jahat! Penjahat lo! orang gila! Lepasin gue," aku memberontak.

"Sekali lagi, yuk. Mumpung kamu udah sadar. Gini dong yang ekspresif. Aku suka yang ekspresif," Mas Bayu mencengkram tanganku erat.

"Nggak mau. Lepasin gue. tolong!" teriakku.

Dia menimpa badanku dengan badannya di sofa tersebut. Aku masih lemas sehingga tidak kuasa melawan. Aku hanya memberontak sebisaku.

"Kamu nggak bisa marah sama aku. Kamu harusnya marah sama Lita karena dia jual kamu ke aku demi cita-cita kamu itu. Sungguh sahabat yang baik," ujar Mas Bayu. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Asahi Asry Larasati
Lemas   Puas   Dear Diary   Model   Agensi Model  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co