Mengenang Rindu Tere Liye, Menyibak Ibadah 9 Bulan...

12 Februari 2020 21:21

GenPI.co - Melakukan ibadah haji saat ini tidak perlu memakan waktu yang lama. 

Karena moda transportasinya menggunakan pesawat yang sudah terbilang nyaman. 

Lalu apa kabar ibadah haji pada zaman dulu? 

BACA JUGA: Dunia Bingung Tak Ada Virus Corona di Indonesia, Ini Sebabnya...

Saat kamu membaca buku berjudul Rindu karangan Tere Liye, maka akan mengetahui sebuah cerita perjalanan haji dengan menggunakan kapal dengan durasi yang cukup panjang yaitu 9 bulan lamanya. 

Selama sembilan bulan lamanya, kehidupan di atas kapal bukanlah suatu yang sebentar. 

BACA JUGA: Jangan Mengusiknya... 4 Zodiak Ini Emosinya Bisa Meledak

Sejumlah konflik pun disajikan termasuk cerita drama yang menyentuh hati.  

Tere Liye juga memberikan pesan moral kepada pembaca yakni mengenai pentingnya pendidikan.

Jangan pernah berburuk sangka pada seseorang, jangan pernah takut dengan masa dan tidak ada kata terlambat untuk belajar. 

BACA JUGA: 51 Ribu Honorer K2 Lulus PPPK, Bulan Depan Rapelan Gaji...

Dalam cerita ini alur tersebut maju dan mundur "flashback". 

Cerita ini dimulai dengan rasa suka para penumpang kapal saat itu. 

Kemudian pembaca dibawa kembali kepada masa lalu untuk menjelaskan mengapa salah satu tokoh yang bernama Bundo Upe begitu pendiam dan tidak mau berada di Batavia.

BACA JUGA: Jangan Lengah... 4 Zodiak Ini Memiliki Pribadi yang Berbahaya

Daeng yang begitu membenci ayahnya, Umbo yang kehilangan kekasih hati, Mbah Kangkung Slamet mengenai cinta sejatinya dan Gurutta yang merasa bahwa dia seorang yang pembohong dan keji. 

Setting tempat dalam novel ini adalah kapal besar yang melakukan perjalanan haji. 

Daeng Andipat yang berangkat bersama keluarganya. 

Begitu juga dengan Gurutta yang sudah menunggu sekian lama untuk melakukan perjalanan haji ini.

Ambo yang pergi karena kesedihannya dan kepiluan hatinya, pasangan sepuh Mbah Kakung dan Mbah Putri Slamet yang bersama cinta sejatinya untuk memenuhi janji. 

Begitu pula denga Bunda Upe dan suami yang memiliki kesempatan untuk memenuhi kerinduannya dan penumpang lainnya. 

Walaupun menempuh perjalaan lama, mereka tidak menyurutkan niat untuk tetap beribadah menunaikan rukun Islam yang kelima.

Banyak sekali konflik yang terjadi selama perjalanan tersebut. 

Yakni piston kapal yang rusak menyebabkan kapal harus dihentikan di lautan menuju Sri Lanka. 

Munculnya bajak laut somalia yang di kenal kekejamannya. 

Selama perjalanan juga menggambarkan suasana kota pada zamannya. 

Bahkan pembaca dibawa larut ke sana dengan menggiring imajinasinya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co