Dunia pun Luruh Bersama Rahimku yang Hancur

05 Maret 2020 16:26

GenPI.co - Banyak penyesalan yang aku rasakan saat ini lantaran masa lalu yang aku jalani. Hal nekat yang kulakukan rupanya hanya menyelamatkan aku pada waktu itu saja.  Aku yang sekarang luluh lantak tak karuan. Hubunganku dengan Rian jauh dari kata baik setelah aku mengungkap sebuah pengakuan padanya.

Kemarahannya tadi siang masih terngiang di dalam kepalaku, bagai godam yang terus memukul-mukul dan membuat mataku bengkak oleh tangis yang berkesudahan. Aku lelah.

"Gimana hasilnya sayang?” Begitu tanya Rian tadi siang. Sebuah pertanyaan penuh harap yang kemudian menghasilkan pertengkaran hebat dan hengkangnya  dirinya dari sisiku.

"Belum sayang," aku menjawab sambil menunduk, sebab tak berani melihat reaksi pria yng kucintai itu selanjutnya.

"Negatif lagi negatif lagi, kapan kita punya anaknya sih? Tiga tahun pernikahan, kamu masih  nggak hamil- hamil," suaranya meninggi

Aku mencoba memenangkannya, walau kutahu hal itu tidak ada gunanya.

BACA JUGA: Setelah Apa yang Aku Lakukan, Hubungan Ini Sengaja Kau Kandaskan

"Sayang, anak itu rejeki dari Tuhan. Kalau kita masih belum dikasih berarti emang belum saatnya."

"Udahlah Shella, ini semua tuh emang karena kamu! Kalau kamu nggak sering tidur tuh sama mantan kamu dan aborsi sampai 2 kali, pasti kita nggak akan gini jadinya," kata Rian sambil terus menunjuk wajahku.

"Rian kok kamu gitu sih ngomongnya?"

Aku tak menyangka Rian menggunakan masa laluku sebagai senjata untuk menghantamku. Aku mencoba tegar dalam rasa yang kalut setelah Rian menyerang dengan kata-kata yang mengiris hatiku begitu dalam. Suamiku itu kini seperti orang asing di hadapanku.

"Apa? emang benar kan? Pintar yah kamu selama ini bohongin aku. Berpura- pura polos nggak pernah ngapa- ngapain, begitu nikah baru akuin semuanya," ujar Rian dengan nada semakin tinggi.

"Rian tolong kamu jangan ngomong gitu," balasku sambil meraih tangannya.

"Lepas Shel, kamu urus aja alat tes kehamilan  bodoh kamu itu. Nyesel banget aku mempertahankan wanita yang udah lama rusak kayak kamu, coba aku tau lebih awal nggak akan gini jadinya," katanya sambil menghentakkan tangan sehingga lepas dari genggamanku.

Tangisku semakin menjadi-jadi  melihat ia melangkah melewati ambang pintu rumah kami. Ingin kuhalangi kepergiannya, namun tenagaku sudah habis. Aku tak berdaya, hancur luluhm hilang bentuk.

Memang, semua ini adalah salahku. Aku baru terbuka mengenai masa laluku pada Rian setelah satu tahun pernikahan kami. Aku menutupi apapun yang pernah aku lakukan dengan mantan pacarku sebelum bertemu dengan Rian. Semua itu aku tutup rapat, sebab sudah pasti tidak ada laki-laki yang mau menerima keadaanku. Benar kata Rian, aku sudah rusak.

BACA JUGA: Akan Aku Ingat Betul Sentuhanmu di Pantai Tak Bertuan Itu

Masa laluku bersama pria yang yang kupacari sebelum kehadiran Rian memang begitu kelam. Aku terbuai dengan rayuannya sehingga tubuhku rela jadi alat pemuas nafsunya. Aku rela ditiduri setiap hari, sehingga hamil oleh karenanya. Untuk menutupi jejak, aku terpaksa melakukan aborsi. Bukan hanya sekali, tapi sampai tiga kali.

Perbuatan  jahat itu masih menghantui hidupku selama ini. Kini mereka menjelma menjadi sosok hantu mengerikan yang menelan hidupku, menghancurkan masa depanku, membuat Rian pergi.

Pacaraku sebelum Rian bernama Wisnu. Aku ingat saat untuk ketiga kalinya kuberitahukan padanya lewat pesan singkat bahwa diriku hamil. Dia membalas singkat disertai bukti transfer Rp500 ribu.

"Segini doang?"

"Iyalah, udah nggak ada duit aku! kemarin 500 ribu juga bisa kok. Lakuin hal yang sama aja gugurinnya" balasnya dan seketika kau merasa seperti perempuan murahan.

BACA JUGA: Maaf Rio, Aku Ingin Merasakan Itu...

Meski kerap melakukan hubungan terlarang, aku dan Wisnu bukanlah pasangan yang akur. Ia adalah tipe laki-laki yang ingin menang sendiri, egois dan bahkan ringan tangan. Sudah berkali-kali ipiku merasakan kerasnya tamparannya. Ia bahkan pernah menghantam kepalaku ke tembok. Memang ia iblis berwujud manusia.

Lantaran sudah tak tahan, aku akhiri saja hubungan yang sudah kujalani selama 4 tahun itu. 4 tahun penuh tangis, kenikmatan semu dan ketakutan. Pada saat sedang luka, Rian muncul dalam hidupku. Perilakunya yang 180 derajat berbeda dengan Wisnu membuatku seketika jatuh hati. Saat ia menyatakan cinta, kujawab dengan anggukan berkali-kali. Meski begitu, beban masa lalu menghantui kisah percintaan kami. Aku enggan mengaku karena taku kehilangan sosok yang berhati malaikat ini.

Kini semua sudah hancur tak berbentuk. Masa sepanku kini kelabu. Aku tak menyalahkan Rian untuk ini. Ia pantas pergi karena ketidakjujuranku. Pengalamanku melakukan aborsi dengan mengonsumsi obat- obatan keras rupanya menghancurkan bagian dalam rahimku sehingga akhirnya kini aku sulit mendapatkan keturunan.

Mungkin aku juga harus pergi. Berlari selamanya dari kehidupan yang celaka ini. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co