Upaya Pelaku Usaha Agar Bertahan dan Bangkit Di Tengah Corona

16 April 2020 23:10

GenPI.co - Memasuki bulan keempat di tahun 2020, iklim bisnis tanah air sedang lesu, pasalnya pandemi COVID-19 yang sedang merebak membuat aktivitas usaha mengendur. 

Sejumlah sektor usaha yang terkena dampak ini adalah industri manufaktur, industri retail, wisata, perhotelan, penerbangan, dan lainnya.

Bahkan, Sri Mulyani mengatakan bahwa dampak ekonomi yang berasal dari pandemi Virus COVID-19 lebih kompleks dibandingkan krisis yang pernah menimpa Indonesia pada tahun 1997-1998 dan 2008-2009 seperti dilansir beberapa media.

Banyak perusahaan memberlakukan peraturan work from home agar dapat menghindari penularan virus COVID-19. Salah satunya adalah Startup penyedia pekerjaan paruh waktu, Sampingan. 

Ketika dikontak oleh tim Paper.id, Wisnu Nugrahadi selaku CEO dari Sampingan juga menjelaskan bahwa Sampingan juga sudah memberlakukan work from home bagi semua karyawan.

BACA JUGA : Ajaib! Nenek Hampir 1 Abad Bikin Corona Tak Berdaya

Selain itu, mereka juga menerapkan protokol kebersihan bagi setiap orang, termasuk Kawan Sampingan, sebutan untuk mitra Sampingan. 

Selain itu, Ritase sebagai salah satu platform logistik terkemuka di Indonesia juga memberlakukan hal yang sama. Lewat sebuah wawancara langsung,

Andrew Wong selaku VP of Finance dari Ritase mengatakan bahwa mereka juga sudah memberlakukan work from home untuk 80% karyawan mereka dan sudah berjalan selama 3 minggu.

BACA JUGA : 34 Mahasiswa STTBI Petamburan Positif Terjangkiti Virus Corona

Selebihnya, mereka menggunakan sistem shifting agar kegiatan operasional tetap berjalan. Secara tidak langsung, hal ini juga turut membentuk kebiasaan baru bagi setiap orang.

Tidak hanya kaum pekerja yang terbiasa dengan work from home, tapi juga bagi masyarakat umum dengan pola konsumsi mereka.

Bagaimana agar tetap bertahan ditengah gempuran ketidakpastian? Perubahan yang terjadi memberikan efek yang besar terhadap konsumen dan produsen.

Dampak-dampak tersebut tampak dari kebiasaan sehari-hari, di tempat kerja, dan penggunaan teknologi yang meningkat.

Orang-orang yang awalnya kerap mengunjungi kafe, restoran, dan tempat-tempat perbelanjaan, kini lebih memilih untuk berbelanja, membeli makanan dan minuman via online.

Hal ini turut terlihat dari meningkatnya penggunaan layanan pesan antar online selama wabah virus ini berlangsung seperti dilansir dari Katadata.co.id.

Banyak perusahaan startup juga mengencangkan ikat pinggang agar tetap bertahan. 

Dea Surjadi selaku Head of Indonesia dari Golden Gate Ventures juga mengatakan bahwa, “Krisis ini sayangnya tidak akan berakhir dalam waktu yang cepat. Startup harus benar-benar memonitor kondisi keuangan/cash flow nya agar tetap bisa bertahan melalui masa krisis ini. Belum ada yang bisa menebak kapan tingkat konsumsi masyarakat dan perekonomian bisa bangkit kembali, jadi berbagai upaya untuk cost dan budget-control perlu dilakukan secara efektif, sebisanya hingga akhir tahun ini. Namun di satu sisi juga penting untuk bisa beradaptasi, mencari kesempatan apa yang bisa diraih di masa perubahan ini. Misal dengan produk berbeda yang bisa ditawarkan ataupun cara menawarkannya”

Para pengusaha di bidang food and beverage melihat hal ini sebagai pilihan alternatif untuk mendapatkan omzet. Mereka menjual produk mereka secara online serta membuat promo-promo menarik yang diumbar lewat sosial media.

Orang-orang juga lebih memilih untuk menggunakan pembayaran digital untuk urusan pembayaran. Selain lebih praktis, pembayaran digital juga menghindarkan mereka dari resiko penularan virus lewat uang tunai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co