Selebgram Pansos dan Suka Bikin Ulah Masuk Kategori Sociopath

22 Juni 2020 22:45

GenPI.co - Sekarang ini kamu pasti sering mendengar istilah selebgram, atau orang yang terkenal melalui Instagram.

Menjadi selebgram di era teknologi saat ini sudah menjadi kebanggaan tersendiri, dengan popularitas, endorse, dan berbagai keuntungan lainnya.

BACA JUGAEndorse Melalui Selebgram dan Influencer Sangat Efektif

Sejumlah cara pun dilakukan untuk menjadi selebgram. Sayangnya, masih ada beberapa orang yang melakukannya dengan cara-cara yang tidak terpuji, bahkan membuat konten bermuatan negatif demi menjadi terkenal atau panjat sosial (pansos).

Pemerhati Perilaku Media Sosial, Adang Adha menjelaskan, perilaku sejumlah selebgram yang kerap berulah atau pansos merupakan sindrom FOMO atau Fear of Missing Out.

FOMO merupakan kondisi ketakutan akan tertinggal, atau takut tidak eksis dalam konteks sosial media. 

“Kenapa orang suka pansos? Karena ada kebutuhan untuk eksis di dunia maya. Selain itu, adanya edukasi dari dunia maya yang memberi kesan seakan kehidupan selebgram itu indah dan glamour,” kata Adang kepada GenPI.co, Minggu (21/6/2020).

Menurut Adang, perilaku selebgram yang rela melakukan apapun demi meraih popularitas dikarenakan adanya kebutuhan untuk diakui di sosial media.

Sayangnya, cara-cara yang dilakukan sering kali tidak wajar dan bahkan merugikan dirinya sendiri dan orang lain demi viral dan eksis.

Adang melanjutkan, perilaku selebgram yang kerap berbuat ulah atau gemar pansos tersebut bisa dikategorikan sebagai sociopath.

Dan tentu perilaku tersebut bukanlah hal yang wajar dari sisi psikologis. Pengidap sociopath butuh pembuktian dan sangat ingin diakui secara sosial.

"Malah mereka rela melawan moral-moral sosial,” papar pria yang juga CEO dari Bettermind Consulting Group.

Faktor lainnya yang menyebabkan banyak bermunculan selebram pansos adalah karakter netizen Indonesia.

Warganet memberi ruang kepada mereka yang berbuat hal-hal negatif untuk menjadi terkenal. Tak heran, ada beberapa tokoh selebgram yang terkenal karena ulahnya di media sosial.

“Hal tersebut akhirnya menimbulkan pemikiran bahwa membuat konten negatif bisa membuat seseorang lebih cepat terkenal,” jelas Adang.

Maka dari itu, Adang menyarankan adanya gerakan sosial yang masif untuk mendukung konten konten positif di media sosial.

BACA JUGASelebgram Cantik Ini Blak-blakan Bongkar Penipuan Ayah Kandungnya

Dengan demikian gerakan ini nantinya dapat memotivasi generasi muda untuk menyalurkan eksistensinya dalam hal yang positif. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co