Hatiku Beku Sejak Reza Meninggal Dunia

02 Juli 2020 19:21

GenPI.co - “Ramalan itu mengatakan aku mengalami trauma di masa lalu, sehingga aku sulit membuka hati untuk orang lain,” kataku sore itu kepada Manda sembari menikmati secangkir kopi panas di balkon sebuah kafe.

“Lalu kamu percaya?” ujar Manda sambil memandangku.

BACA JUGA: Selingkuh dalam Hubungan Asmara Bisa BIkin Ketagihan Loh

“Mungkin,” jawabku singkat.

“Kamu hanya takut kecewa, Mel,” kata Manda.          

Mungkin apa yang dikatakan Manda benar. Bahkan cowok sebaik Rendi pun aku sia-siakan.

Beberapa bulan lalu Rendi datang kepadaku, tetapi aku hanya menganggap dia sebagai sahabat.

Sejak kematian Reza, aku merasa takut untuk kehilangan seseorang. Reza adalah pacarku yang meninggal 3 tahun lalu.

Kami pacaran sudah hampir 2 tahun. Saat kami ingin merencanakan sebuah pernikahan, Tuhan memiliki rencana lain.

Siang itu aku dan Reza hendak bertemu dengan wedding organizer (WO) untuk acara pernikahan kami.

Namun, di jalan kami mengalami kecelakaan.Mobil yang kami tumpangi menabrak pembatas jalan tol sebelum menghindari truk  yang oleng karena pecah ban.

Saat tragedi tersebut aku melihat Reza terluka parah di bagian kepala sebelum aku kehilangan kesadaran. 

Saat aku tersadar, semuanya berubah menjadi kelam. Aku mendengar Reza meninggal.

Sejak saat itu, aku tidak pernah menjalin hubungan asmara dengan siapa pun, termasuk Rendi.

Padahal aku dan Rendi memiliki hubungan yang sangat dekat. Entah kenapa aku sangat mudah mengabaikan semua kebaikan Rendi.

“Mel, Rendi kurang apa, sih? Udah ganteng, baik lagi,” ujar Manda.

Manda benar. Rendi sangat baik dan perhatian. Bahkan Rendi selalu ada saat aku sedang senang dan sedih.

Dia tidak pernah absen untuk memastikan aku baik-baik saja. Namun, entah kenapa Rendi tidak pernah mendapatkan posisi terbaik di hatiku.

 

“Nanti, kalau Rendi udah mulai punya pasangan, aku yakin kamu pasti akan menyesal, Mel,” Manda memberikan wejangan.

“Manda, kalau aku jadian sama Rendi, pasti semuanya akan berubah. Iya kalau kami bisa bersama kalau ada pertengkaran, hubunganku dengannya bisa pudar,” kataku.

“Cobalah menikmati pahitnya sebuah kopi. Jangan terlalu manja untuk menambahkan gula ke dalamnya,” kata Manda sembari menyesap segelas kopi hitam miliknya.

Manda bersikeras memintaku untuk mencoba membuka hati untuk Rendi. Dia menganggap aku membatasi diri kepada Rendi.

Sayangnya, minggu lau, Rendi bilang kepadaku akan menikah akhir tahun ini dan aku merasa kehilangan dia.

Usai jam pulang kantor, aku mencoba menghubungi Rendi. Seperti biasa, Rendi tidak pernah menolak untuk bertemu denganku, meskipun dia sibuk.

Kami bertemu di restoran Jepang sembari menyantap makan malam.

Pertemuan kami terbilang sangat hangat.

Seperti biasa, aku selalu mengatakan piring sushi untuknya, menuangkan kecap asin, membubuhkan sedikit bubuk cabe, dan wasabi. Setelah itu, dia bersiap untuk menyantap sashimi favoritnya.

Sementara itu, aku hanya terpaku melihat dia menyantap sashimi satu per satu dan menunggu dia menyuapkannya satu untukku.

Namun, setelah suapan ketiga dia malah kembali menatapku. Tatapannya aneh.

“Kok nggak dimakan?” ujarnya sambil mencoba menelan sashimi di yang masih dia kunyah.

“Satu suap untukku sudah nggak ada?” jawabku datar.

Rendi hanya tersenyum menatapku. Tatapannya sangat teduh.

“Mungkin aku telat untuk merespons sinyal dari perasaanmu, Rendi. Namun, setelah kamu bilang akan menikah akhir tahun ini aku merasa kehilangan kamu,” ujarku.

“Aku memang sayang kamu, Mel. Namun, aku nggak mau memaksakan perasaan kamu untuk menerimaku,” jawab Rendi.

BACA JUGA: Asmara Bukan Segalanya, Cinta Nggak Jamin Zodiak Ini Bahagia

“Nggak adakah kesempatan kedua untukku, Ren?” pintaku.

Rendi hanya menatapku dan menggenggam tanganku tanpa mengutarakan sesuatu. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Mia Kamila
hati   cinta   kisah cinta   dear diary   meninggal  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co