GenPI.co - Setiap orang tua punya harapan pada anak-anaknya. Terkadang, harapan itu berupa urusan pendidikan, pekerjaan, jodoh sampai tempat tinggal.
Sekilas, harapan itu terkesan sebagai bagian dari pendidikan anak agar bisa menjalani hidup lebih baik di masa depan. Namun, ada kalanya keinginan itu berujung pemaksaan.
BACA JUGA: Orang Tua Harus Tahu, Begini Cara Terbaik untuk Mengkritik Anak
Pengalaman pahit orangtua ketika masa muda, bisa jadi faktor utama pemaksaan kehendak pada anak.
Orang tua tak mau anaknya mengulangi kesalahan dan selalu berharap anaknya hidup lebih baik.
Tidak ada salahnya dengan keinginan tersebut. Selama anaknya setuju dan siap menjalani hidup yang disarankan orangtua.
Tapi kalau tidak, maka orang tua harus memberi kebebasan.
Misalnya saja dalam hal pelajaran sekolah. Ada orangtua yang menuntut anaknya agar mendapat nilai terbaik sehingga menjadi kebanggaan orang tua.
Sayangnya, cara yang ditempuh orangtua adalah dengan memaksa mereka untuk belajar terus-terusan. Padahal kenyataannya, ini malah menjadi beban bagi anak.
Melansir laman Psychology Today, ekspektasi yang diterakan pada anak membangun tembok di bawah alam sadarnya.
Tembok tersebut membatasi pikiran mereka ke depan untuk mengeksplorasi kemampuan alami mereka.
Anak dilahirkan dengan kemampuannya sendiri dan yang mereka bisa lakukan saat berkembang adalah memaksimalkan kelebihan mereka.
Ada kalanya kemampuan anak tidak bertemu dengan ekspektasi orang tua.
Ajaran orang tua dengan standar yang benar bagi mereka, bisa saja menekan anak.
Sehingga mereka memiliki pandangan yang tidak luas dan bergantung pada titah orang tua.
BACA JUGA: Ketika Orang Tua Selingkuh dan Pengaruhnya pada Anak
Saat anak sudah merasa belajar menjadi beban, maka dia sulit untuk berkembang. Belajar jadi sebuah proses yang tidak menyenangkan. (hellosehat)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News