Penyerang Bersenjata Masuk Desa, 100 Mayat Bergelimpangan, Biadab

06 Juni 2021 08:35

GenPI.co - Penyerang bersenjata menewaskan sekitar 100 warga sipil dalam serangan pada Jumat (4/6) di sebuah desa di Burkina Faso utara.

Pemerintah setempat melaporkan, itu adalah serangan paling mematikan yang melanda negara yang dilanda konflik dalam beberapa tahun ini.

Juru bicara pemerintah, Ousseni Tamboura dalam pernyataannya pada Hari Sabtu (5/6) menyebut penyerang menyerbu dan menewaskan penduduk desa Solhan di provinsi Yagha yang berbatasan dengan Niger.

BACA JUGA:  Bantuan Qatar untuk Gaza Ditahan Israel, Hamas Geram dan Ancam...

"Pasar lokal dan beberapa rumah juga dibakar di daerah menuju perbatasan Niger," tambahnya.

Presiden Burkina Faso Roch Marc Christian Kabore menyebut serangan itu sebagai tindakan barbar dan menyatakan masa berkabung nasional selama 72 jam.

BACA JUGA:  Semangat Sudah Redup di Myanmar, Bahkan ASEAN pun Tak Dipercaya

Seorang warga setempat yang tidak mau disebutkan namanya menjadi saksi dalam peristiwa itu.

Dia yang kala itu mengunjungi kerabatnya di sebuah klinik medis di kota Sebba, sekitar 12 km (7 mil) dari tempat serangan itu terjadi. Dia mengatakan dia melihat banyak orang terluka memasuki klinik.

BACA JUGA:  Turki Dapat Durian Runtuh di Laut Hitam, Erdogan pun Semringah

“Saya melihat 12 orang di satu ruangan dan sekitar 10 orang di ruangan lain. Ada banyak kerabat yang merawat yang terluka. Ada juga banyak orang berlarian dari Solhan untuk memasuki Sebba … Orang-orang sangat takut dan khawatir,” katanya kepada kantor berita The Associated Press melalui telepon.

Solhan, sebuah komunitas kecil sekitar 15 kilometer (9 mil) dari Sebba, kota utama di provinsi Yagha, telah dilanda berbagai serangan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 14 Mei, Menteri Pertahanan Cheriff Sy dan petinggi militer mengunjungi Sebba untuk meyakinkan orang-orang bahwa kehidupan telah kembali normal, setelah sejumlah operasi militer.

Sekitar 1,2 juta orang di Burkina Faso terpaksa meninggalkan rumah mereka karena kondisi keamanan yang carut-marut..

Konflik terjadi lantaran kelompok bersenjata yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda dan ISIS meningkatkan serangan terhadap tentara dan warga sipil.

Serangan tidak berhenti meskipun Prancis telah mengirimkan ribuan tentaranya untuk membantu mengamankan situasi.(Al Jazeera)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co