Tepi Barat Membara, Aktivis HAM Beber Borok Otoritas Palestina

29 Juni 2021 06:45

GenPI.co - Seorang pembela hak asasi manusia terkemuka Palestina pada hari Senin (28/6) memperingatkan bahwa Tepi Barat berada di ambang pemberontakan serius terhadap Otoritas Palestina (PA).

Selama empat hari, warga Palestina turun ke jalan-jalan di kota-kota utama di Tepi Barat yang diduduki Israel memprotes kematian Nizar Banat.

Aktivis politik dan kritikus besar PA itu dipukuli oleh petugas keamanan PA yang menggerebek rumahnya di daerah Hebron di Tepi Barat selatan pada Kamis (24/6) pekan lalu.

BACA JUGA:  Jangan Coba-coba Kibarkan Bendera Hamas di Jerman

“Kami telah mencapai babak terakhir dari periode transisi dengan PA dan mereka tahu bahwa satu-satunya cara mereka dapat tetap berkuasa adalah dengan peluru dan pentungan,” aktivis Ham bernama Shawan Jabarin

Jabarin yang juga adalah direktur organisasi hak asasi manusia Al-Haq di Ramallah itu mengtakan bahwa PA memahami bahwa mereka tidak dapat menang dalam pemilihan demokratis.

BACA JUGA:  Aktivis Tewas, Rakyat Palestina Marah, Mahmoud Abbas Ketar-ketir!

“Elite dalam organisasi itu, yang takut kehilangan gaya hidup istimewa mereka, percaya bahwa satu-satunya cara mereka dapat tetap memegang kendali adalah dengan menggunakan kekuatan, ketakutan, dan intimidasi,” kata Jabarin kepada Al Jazeera.

Dalam autopsi awal terhadap Banat, di diketahui menderita patah tulang rusuk, memar di sekujur tubuhnya, dan luka di kepalanya.

BACA JUGA:  Palestina Membara! Bentrokan Pecah, Tapi Bukan dengan Israel

Keluarganya menuduh dia dihantamdengan jeruji besi dan pentungan di kepalanya selama penangkapan awalnya.

Demontrasi penentangan terhadap PA juga terjadi di kota-kota internasional termasuk Boston, Beirut, London dan Amman.

Jabarin mengatakan kali ini situasi di Tepi Barat berbeda karena orang semakin lelah dengan kepemimpinan Palestina.

“Situasi telah meningkat selama beberapa tahun dengan setiap lapisan tambahan penderitaan dan penghinaan menambah pressure cooker di mana orang Palestina merasa tak tahan lagi,” katanya.

Warga Palestina dikatakan sudah muak dengan korupsi di tubuh PA serta ketidakmampuan mereka melawan aneksasi yang dilakukan Israel.

“Sementara secara bersamaan koordinasi keamanan mereka yang berkelanjutan dengan Israel telah menyebabkan pemenjaraan dan penyiksaan ratusan aktivis Palestina,” beber dia.

Jabarin menambahkan, proses perdamaian tidak mengarah ke mana-mana dan ruang demokrasi tertutup.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co