Disiksa Habis-habisan, Orang ini pun Bongkar Borok CIA di Somalia

26 Juli 2021 06:45

GenPI.co - Seorang warga negara Inggris membeber borok agen intelijen Amerika Serikat CIA yang melakukan penyiksaan kontroversial di Somalia.

Praktik ini digunakan selama perang melawan teror dan masih dilakukan oleh CIA bersama para pejabat hukum Seomalia

David Taylor, yang identitasnya dibuat anonim setelah permintaan keluarga, mengeklaim dia disiksa di Somalia dan diinterogasi oleh petugas intelijen AS.

BACA JUGA:  100 Petugas CIA Terpapar Penyakit Aneh, Tuduhan Mengarah ke Rusia

Taylor menuduh, praktik penyiksaan digunakan oleh otoritas Somalia untuk memaksanya bekerja sama dengan CIA.

Dia mengaku mengalami jenis penyiksaan seperti dituutup wajanya dengan kain,  perampasan sensorik, dan waterboarding.

BACA JUGA:  Ngeri! Gudang Senjata Hamas Meledak, Lokasinya di Pemukiman Padat

Keluarganya yang berbasis di London telah memperingatkan bahwa intervensi Inggris dalam kasusnya sangat penting untuk mengakhiri penahanannya selama dua tahun di negara Afrika itu.

Sebuah dokumen yang berkaitan dengan kasus hukum juga menunjukkan bahwa Taylor diinterogasi oleh dua agen FBI AS di Mogadishu pada 30 Juni.

BACA JUGA:  AS Lancarkan Serangan Udara, Militan Somalia Dibuat Kocar-kacir

“Mereka bertanya kepada penggugat apakah dia ingin tinggal di AS. Mereka juga menunjukkan kepadanya foto-foto berbagai individu yang menanyakan apakah dia mengenal mereka,” tulis dokumen itu.

Salah satu orang yang ditunjukkan gambar kepada Taylor adalah seorang pria yang dipenjara karena mendukung kelompok teror Al-Shabaab. 

Ini menunjukkan bahwa dugaan keterlibatan CIA ditujukan untuk menargetkan kelompok militan yang berbasis di Somalia, yang telah meluncurkan puluhan serangan mematikan di sekitar Afrika timur.

Taylor pindah ke Somalia pada 2009 dan ditangkap satu dekade kemudian pada 2019 setelah mengunjungi Yaman untuk mengatur kepulangannya ke London.

Dia dipindahkan ke Mogadishu, ditangkap dan dibawa ke lokasi dekat Mogadishu oleh orang-orang tak dikenal, yang menurut Taylor adalah agen CIA.

“Dia menemukan dirinya di sebuah ruangan dengan seorang wanita kulit putih dan seorang pria kulit putih. Wanita itu berbicara dengan aksen Amerika dan mengidentifikasi dirinya sebagai 'Roxanne.' Taylor memintanya untuk mengkonfirmasi agensi atau organisasi yang dia wakili tetapi dia menolak untuk melakukannya,” ungkap dokumen hukum itu.

Ia menambahkan bahwa Taylor kemudian menghadapi interogasi setiap hari, termasuk menodongkan pistol ke kepalanya setelah menolak untuk bekerja sama.

Belakangan tahun itu, dia dipindahkan ke penjara Mogadishu, di mana dia saat ini tinggal di sel bersama sekitar 60 tahanan lainnya. 

Taylor mengatakan bahwa dia telah menerima ancaman pembunuhan dari tahanan lain dan telah dituduh beroperasi sebagai mata-mata Inggris.

Dokumen itu juga menyertakan curahan hati putra Taylor atas nasib yang menimpa ayahnya itu. 

DIa mengatkaan jika ayahnya telah dibiarkan mendekam di penjara asing, dalam kondisi berbahaya, tanpa tuduhan atau alasan yang tepat. 

“Dia mengatakan bahwa ayahnya adalah warga negara Inggris dan dia tidak mendapat dukungan dari negaranya.

“Saya patah hati dan takut dengan apa yang mungkin terjadi padanya jika dia tinggal di sana lebih lama. Bagaimana ini masih bisa dibiarkan terjadi,” katanya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co