GenPI.co - Sikap Israel berubah soal Gaza. Kawasan yang kerap dibombardir rudal itu siap dibangun Israel. Syarat utamanya, Hamas harus menghentikan kekerasan.
Pembangunan infrastruktur siap dikawal Israel. Layanan publik juga bakal ikut dibangun.
Bisa jadi ini berbuah perdamaian abadi di Timur Tengah. Tapi rencana ini bergantung pada kepatuhan Hamas.
Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, terang-terangan menyebut ingin berdamai.
Dia bahkan mengajukan proposal perdamaian demi menyudahi lingkaran kekerasan tanpa akhir di Jalur Gaza.
Bila ini terealisasi, Israel menginginkan tentaranya tak lagi perang. Tak boleh ada lagi tembakan roket dan rudal.
Tak boleh juga ada pertempuran dengan Hamas yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Lapid mengaku ingin membuktikan kepada penduduk di Gaza bahwa kekerasan akan membuahkan banyak penderitaan.
Dia juga seakan ingin membuktikan bahwa Hamas lah yang bertanggungjawab.
"Hamas bertanggung jawab atas kemiskinan, kelangkaan baan makanan, kekerasan dan angka pengangguran yang tinggi, tanpa harapan,” kata dia, Senin (13/9/2021).
Untuk gambaran, Lapid adalah sosok yang akan mengambilalih jabatan perdana menteri dalam dua tahun ke depan.
Ini merupakan bagian dari perjanjian rotasi dengan rekan koalisinya, Naftali Bennett.
Saat Lapid memegang kendali perdana menteri, dia menjanjikan untuk membantu memperbaiki infrastruktur publik di Gaza.
"Sistem kelistrikan harus diperbaiki, saluran gas akan diperluas, instalasi penyulingan air asin akan dibangun, dan perbaikan signifikan terhadap sistem jaminan kesehatan," tuturnya.
Dia juga ingin membangun ulang perumahan. Begitu juga dengan infrastruktur transportasi.
Hanya beberapa jam setelah pidato Lapid di Herzliya, Hamas meluncurkan roket ke kawasan selatan Israel.
Serangan itu dijawab dengan serangan udara terhadap empat kompleks Hamas dan sebuah terowongan di Gaza. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News