Pembantaian di Malam Natal, 30 Penduduk Dibakar! Sadis Luar Biasa

27 Desember 2021 07:25

GenPI.co - Pembantaian di Malam Natal terjadi di Myanmar. Sekitar 30 penduduk, beberapa diyakini perempuan dan anak-anak, ditangkap oleh Pasukan Myanmar pada Jumat (24/12) malam.

Seorang saksi mata dan laporan lainnya pada Sabtu (25/12) melaporkan bahwa ke-30 orang itu ditembak mati dan mayat-mayat mereka dibakar. 

Foto-foto yang diklaim sebagai akibat dari pembantaian di Malam Natal di desa Mo So timur, tepat di luar kotapraja Hpruso di negara bagian Kayah segera menyebar ke media sosial di negara itu.

BACA JUGA:  Pembantaian di Malam Natal, Kecaman PBB pun Terlontar

Aksi pembantaian terhadap para pengungsi itu memicu kemarahan terhadap yang mengambil alih negara pada Februari 2020.

Foto-foto menunjukkan tubuh hangus lebih dari 30 orang di tiga kendaraan yang terbakar.

BACA JUGA:  Myanmar Mendadak Sepi, Seolah Kota Bagai Tak Berpenghuni

Seorang penduduk desa yang mengkau pergi ke tempat kejadian mengatakan kepada The Associated Press bahwa para korban telah melarikan diri dari pertempuran antara kelompok perlawanan bersenjata dan tentara Myanmar di dekat desa Koi Ngan, pada hari Jumat. 

Dia mengatakan mereka dibunuh setelah ditangkap oleh pasukan saat menuju ke kamp-kamp pengungsi di bagian barat kotapraja.

BACA JUGA:  Ngeri, Junta Myanmar akan Diserang Habis-habisan! ini Tanggalnya

Pemerintah belum mengomentari tuduhan tersebut, tetapi sebuah laporan di surat kabar harian Myanmar Alinn yang dikelola pemerintah pada hari Sabtu memberitakan pertempuran di dekat Mo So pecah pada hari Jumat.

Diberitakan,  anggota pasukan gerilya etnis, yang dikenal sebagai Partai Progresif Nasional Karenni, menentang militer mengendarai kendaraan "mencurigakan" dan menyerang pasukan keamanan setelah menolak untuk berhenti.

Laporan surat kabar mengatakan mereka termasuk anggota baru yang akan menghadiri pelatihan untuk memerangi tentara, dan bahwa tujuh kendaraan yang mereka tumpangi hancur dalam kebakaran. Tidak ada rincian lebih lanjut tentang pembunuhan itu.

Saksi yang berbicara kepada AP mengatakan sisa-sisa itu dibakar tanpa bisa dikenali, dan pakaian anak-anak dan wanita ditemukan bersama dengan persediaan medis dan makanan.

"Mayat diikat dengan tali sebelum dibakar," kata saksi yang tidak mau disebutkan namanya karena khawatir akan keselamatannya.

Dia tidak melihat saat mereka terbunuh, tetapi mengatakan dia yakin beberapa dari mereka adalah penduduk desa Mo So yang dilaporkan ditangkap oleh pasukan pada hari Jumat. 

Dia menyangkal bahwa mereka yang ditangkap adalah anggota kelompok milisi yang terorganisir secara lokal.

Media independen Myanmar melaporkan pada hari Jumat bahwa 10 penduduk desa Mo So termasuk anak-anak ditangkap oleh tentara.

Empat anggota Pasukan Penjaga Perbatasan paramiliter lokal yang pergi untuk bernegosiasi untuk pembebasan mereka dilaporkan diikat dan ditembak di kepala oleh militer.

Saksi mengatakan penduduk desa dan kelompok milisi anti-pemerintah meninggalkan mayat-mayat itu ketika pasukan militer tiba di dekat Mo So sementara mayat-mayat itu sedang dipersiapkan untuk dikremasi. Pertempuran masih sengit di dekat desa.

“Ini adalah kejahatan keji dan insiden terburuk selama Natal. Kami mengutuk keras pembantaian itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Banyar Khun Aung, direktur Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni.

Awal bulan ini, pasukan pemerintah juga dituduh mengumpulkan penduduk desa, beberapa diyakini anak-anak, mengikat mereka dan membantai mereka. 

Seorang pemimpin oposisi, Dr Sasa, yang hanya menggunakan satu nama, mengatakan warga sipil dibakar hidup-hidup.

Sebuah video setelah serangan 7 Desember - tampaknya pembalasan atas serangan terhadap konvoi militer - menunjukkan tubuh 11 orang yang hangus tergeletak dalam lingkaran di tengah apa yang tampak seperti sisa-sisa gubuk.

Sementara itu pertempuran berlanjut Sabtu di negara bagian tetangga di perbatasan dengan Thailand, di mana ribuan orang telah melarikan diri untuk mencari perlindungan. 

Pejabat setempat mengatakan militer Myanmar melancarkan serangan udara dan artileri berat di Lay Kay Kaw, sebuah kota kecil yang dikendalikan oleh gerilyawan etnis Karen, sejak Jumat.

Tindakan militer tersebut mendorong beberapa pemerintah Barat termasuk Kedutaan Besar AS untuk mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk “pelanggaran hak asasi manusia serius yang dilakukan oleh rezim militer di seluruh negeri.”

"Kami menyerukan rezim untuk segera menghentikan serangan membabi buta di negara bagian Karen dan di seluruh negeri, dan untuk memastikan keselamatan semua warga sipil sesuai dengan hukum internasional," kata pernyataan bersama itu.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co