Perang Brutal di Ukraina, Nyali Sukarelawan Asing Seketika Ciut

18 Maret 2022 01:20

GenPI.co - Sejumlah sukarelawan asing tampaknya tidak siap menghadapi kenyataan perang brutal melawan militer konvensional yang modern di Ukraina.

Mereka lantas mengurungkan niat untuk melanjutkan berperang, dan kembali ke negara masing-masing.

Serangan rudal Rusia pada Minggu (13/3) yang menghujani pangkalan pelatihan sukarelawan di Yavoriv dekat perbatasan Polandia membuat banyak dari mereka seketika ciut nyali.

BACA JUGA:  Pengakuan Memilukan Tentara Rusia, Sungguh Mengerikan

Serangan itu  menewaskan 35 orang dan melukai 134, menurut pihak berwenang Ukraina. Rusia mengklaim jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.

“Benar-benar neraka, api, teriakan, kepanikan. Dan lebih banyak lagi bom dan misil,” kata sukarelawan Swedia Jesper Soder kepada Associated Press dikutip dari news.com.au, Kamis (17/3).

BACA JUGA:  Fakta Wali, Penembak Jitu Kanada yang Dikabarkan Tewas di Ukraina

Soder mengatakan dia kemudian memimpin sekelompok orang asing termasuk Skandinavia, Inggris dan Amerika keluar dari pangkalan dan kembali melintasi perbatasan Polandia.

Bicara mengenai serangan pada hari Minggu, Soder menyebut bahwa militer Rusia menyerang secara presisi.

BACA JUGA:  AS Kirim Ribuan Javelin ke Ukraina, Tank-tank Rusia Pasti Keok

"Mereka tahu persis di mana penyimpanan senjata kami. Mereka tahu persis di mana gedung administrasi itu berada. Rusia memukul paku di kepala dengan semua misil mereka," kata dia.

Veteran Angkatan Darat AS lainnya yang selamat dari serangan itu, yang diidentifikasi sebagai "Hieu", berbicara kepada publikasi militer Task & Purpose minggu ini.

“Saya selamat karena rudal menghantam struktur keras, bukan tenda tempat saya berada,” katanya. 

Dia menambahkan bahwa Ukraina menawarkan untuk membawa siapa saja yang tidak ingin terus berperang setelah serangan rudal kembali ke perbatasan.

Mantan awak tank M1 Abrams  yang bertugas di Afghanistan pada 2012 itu mengatakan, dari 23 sukarelawan yang telah tinggal di tendanya, hanya tujuh yang memutuskan untuk tinggal. 

Dia mengatakan kualitas relawan internasional sangat bervariasi.

“Beberapa adalah tentara profesional dan masih kompeten. Yang lain adalah pemabuk, orang-orang dengan pengalaman militer paling marjinal, dan orang-orang yang seharusnya tidak datang sama sekali,” ucap Hieu.

Gelombang sukarelawan asing ke Ukraina muncul setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada 16 Ferbruari lalu mengatakan bahwa pihaknya membentuk legiun asing.

Seruan itu membuat sekitar 16.000 orang asing dari lebih dari 50 negara termasuk AS, Kanada, dan Inggris telah menjadi sukarelawan.

Akan tetapi etelah serangan hari Minggu, sejumlah orang asing telah berubah pikiran.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co