Gelombang Kerusuhan Antihijab Meluas, Presiden Iran Panik dan Melontarkan Sumpah

26 September 2022 07:25

GenPI.co - Presiden Iran Ebrahim Raisi yang panik melontarkan sumpah  mengambil tindakan tegas terhadap gelombang kerusuhan antihijab sejak kematian wanita muda Kurdi Mahsa Amini.

Penyatannya itu diungkapkannya dalam pembicaraan sambungan telepon dengan kerabat seorang anggota milisi Basij yang terbunuh di kota Mashhad, Sabtu (24/9).

Raisi menyebut protes itu sebagai "kerusuhan" dan mendesak "tindakan tegas terhadap penentang keamanan dan perdamaian negara dan rakyat".

BACA JUGA:  Donald Trump Mengancam, Pemimpin Taliban Sampai Bilang: Saya Mengerti, Yang Mulia

Menurut jumlah resmi, sedikitnya 41 orang tewas dalam aksi protes atas kematian Mahsa Amini yang sebelumnya ditahan oleh polisi moral Iran karena aturan hijab. 

Sebagian besar korban tersebut  pengunjuk rasa tetapi termasuk anggota pasukan keamanan republik Islam.

BACA JUGA:  Protes Antihijab di Iran Makin Dahsyat, Polisi Tangkap 700 Orang

Meski demikian, kelompok hak asasi manusia mengatakan angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

Ratusan demonstran, aktivis reformis dan jurnalis telah ditangkap sejak demonstrasi malam hari dan bentrokan jalanan pecah setelah kematian Amini pada 16 September dan kemudian menyebar ke sejumlah kota.

BACA JUGA:  Bela Masha Amini, Anonymous Luncurkan Kampanye Hacking Terhadap Iran

Kelompok HAM menuding pasukan keamanan telah menembakkan peluru tajam dan tembakan burung.

Sementara itu,  pengunjuk rasa telah melemparkan batu, membakar mobil polisi, membakar gedung-gedung negara, dan meneriakkan "matilah diktator".

Protes terbesar Iran dalam hampir tiga tahun telah dipimpin oleh perempuan yang gerah  atas aturan berpakaian berbasis gender yang diberlakukan secara ketat di Iran.

Amini, yang nama depan Kurdinya adalah Jhina, ditangkap pada 13 September karena diduga melanggar aturan penutup kepala hijab.

Beberapa pengunjuk rasa wanita Iran telah melepas dan membakar hijab dan memotong rambut mereka dalam aksi unjuk rasa.

Beberapa menari di dekat api unggun besar dengan tepuk tangan orang banyak yang meneriakkan "zan, zendegi, azadi" atau "wanita, hidup, kebebasan".

Kegentingan di  Iran terkuak melalui rekaman ponsel yang diposting dan menyebar di media sosial, bahkan ketika pihak berwenang telah membatasi akses internet.

Satu klip yang dibagikan secara luas menunjukkan seorang wanita muda dengan rambut terbuka, nekat menghadapi pasukan keamanan dengan perlengkapan anti huru hara sebelum dia didorong ke tanah.

Bagian belakang kepalanya membentur trotoar jalan, lalu kemudian dia bangun dan ditolong oleh wanita lain.

WhatsApp, Instagram dan Skype telah diblokir dan akses internet dibatasi menurut monitor web NetBlocks, menyusul larangan lama di Facebook, Twitter, TikTok dan Telegram.

Kelompok hak asasi yang berbasis di London Amnesty International telah memperingatkan "risiko pertumpahan darah lebih lanjut di tengah pemadaman internet yang dilakukan dengan sengaja".

Protes di luar negeri telah diadakan dalam solidaritas dengan perempuan Iran dalam beberapa hari terakhir di Athena, Berlin, Brussel, Istanbul, Madrid, New York, Paris, Santiago, Stockholm, Den Haag, Toronto dan Washington, di antara kota-kota lain.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co