Israel Dapat Gempuran Roket dari Gaza, Situasi Makin Panas

04 Desember 2022 10:45

GenPI.co - Israel dikabarkan mendapatkan gempuran roket dari Gaza pada Sabtu (3/12), di tengah gelombang kekerasan yang mencengkram Tepi Barat Palestina.

Tidak ada klaim langsung atas serangan tanpa korban tersebut, namun pasukan Israel mengatakan itu adalah yang pertama kalinya dalam sebulan terakhir. 

Sebalumnya pada Kamis (1/12), faksi bersenjatai Gaza, Jihad Islam, mengancam akan membalas setelah pasukan Israel membunuh dua pemimpinnya di kota Jenin, Tepi Barat.

BACA JUGA:  Penampakan B-21 Raider, Pesawat Siluman Amerika Serikat yang Bikin Geger

Saksi mata mengatakan tentara Israel dengan cepat membalas dengan menembaki dua pos pengamatan di timur Kota Gaza, yang dioperasikan oleh Hamas.

Serangan roket itu terjadi ketika gelombang pertumpahan darah di Tepi Barat yang diduduki memicu kecaman internasional terhadap tentara Israel karena penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil Palestina.

BACA JUGA:  Imbas Perubahan Iklim, Negara ini Terpaksa Relokasi Lusinan Desa

Kritik telah difokuskan pada pembunuhan Ammar Hadi Mufleh, 22, dalam sengketa di kota Huwara, tepat di selatan Nablus, pada hari Jumat.

Utusan perdamaian PBB untuk Timur Tengah, Tor Wennesland, mengatakan dia "ngeri" dengan pembunuhan itu "selama perkelahian dengan seorang tentara Israel".

BACA JUGA:  Pasukan Israel Menyerbu Jenin, 2 Pejuang Jihad Islam Palestina Tewas Tertembak

Uni Eropa mengatakan "sangat prihatin dengan meningkatnya tingkat kekerasan" yang telah menyebabkan 10 warga Palestina dibunuh oleh pasukan keamanan Israel dalam beberapa hari terakhir.

"Fakta yang tidak dapat diterima seperti itu harus diselidiki dan harus ada pertanggungjawaban penuh," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Joseph Borell.

Dia mengatakan, di bawah hukum internasional, kekuatan mematikan hanya dibenarkan dalam situasi di mana terdapat ancaman yang serius dan mengancam jiwa.

Menurut versi peristiwa Israel, Mufleh mencoba membuka paksa pintu mobil pasangan Israel sebelum menikam seorang polisi perbatasan.

Seorang perwira polisi perbatasan senior kemudian menembak mati Mufleh, mengatakan bahwa orang Palestina itu telah merebut senjatanya.

Pejabat kota Palestina Wajeh Odeh mengatakan kepada AFP bahwa penembakan itu terjadi setelah "pertengkaran".

"Seorang tentara Israel mendorong orang Palestina itu ke lantai dan menembaknya dari jarak nol," kata Odeh.

Kementerian luar negeri Israel menanggapi dengan marah kritik tersebut.

"Reaksi ini adalah distorsi total dari kenyataan. Ini BUKAN 'perkelahian', ini adalah serangan teror!,” cuit kementerian itu dalam bahasa Inggris.

Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan dia sepenuhnya mendukung keputusan petugas polisi perbatasan untuk melepaskan tembakan "untuk menyelamatkan nyawa".

"Pasukan keamanan kami akan terus bertindak tegas melawan terorisme," katanya.

Sedikitnya 145 warga Palestina dan 26 warga Israel tewas dalam kekerasan di Israel dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur yang dianeksasi, tahun ini, jumlah korban terbanyak sejak 2015.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co