GenPI.co - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan Sudan Selatan berada di ambang perang saudara, Selasa (25/3).
Dilansir AP News, utusan dari PBB Nicholas Haysom menyesalkan pemerintah yang menunda upaya perdamaian terbaru.
Haysom menyebut situasi yang terjadi di negara itu mengerikan.
Dia mengatakan upaya internasional untuk menengahi solusi damai hanya berhasil jika Presiden Salva Kiir dan Wakil Presiden Riek Machar bersedia terlibat.
"Mereka harus mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan diri sendiri," kata Haysom.
Ada harapan besar ketika Sudan Selatan yang kaya minyak memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada 2011 setelah konflik yang panjang.
Namun, negara itu terjerumus dalam perang saudara pada Desember 2013 yang sebagian besar disebabkan perpecahan etnis.
Lebih dari 400.000 orang tewas dalam perang tersebut.
Perang saudara berakhir dengan perjanjian damai pada 2018 yang mempertemukan Kiir dan Machar sebagai pemimpin negara.
Berdasarkan perjanjian tersebut, pemilihan umum seharusnya diadakan pada Februari 2023, tetapi ditunda hingga Desember 2024, kemudian diundur pada 2026.
Ketegangan terbaru bermula dari pertempuran di wilayah utara antara pasukan pemerintah dengan milisi pemberontak atau Tentara Putih, yang secara luas diyakini bersekutu dengan Machar. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News