Mohammed Bouazizi, Penjual Sayur yang Menggetarkan Tanah Arab

11 November 2019 15:50

GenPI.co - Salah satu peristiwa yang menggetarkan  sejarah modern adalah Arab Spring. Bagi yang belum familiar dengan istilah Arab spring, itu adalah serangkaian aksi protes atas tirani yang terjadi di negara-negara Arab.  Gelombang protes dalam peristiwa itu berdampak pada kejatuhan rezim di beberapa negara di Jazirah Arab..

Ada 5 diktator yang kehilangan taringnya akibat peristiwa Arab Spring. Di Tunisia, Presiden Zine El Abidine Ben Ali didepak setelah 23 tahun menjabat presiden. Husni Mobarak dipaksa turun oleh rakyat Mesir  setelah 3 dekade duduk di kursi presiden.

BACA JUGA: Aksi Supernekat Vladimir Putin: Sendirian Menghadapi Massa Demo

Lalu ada Muamar Gddafi yang selama 42 tahun menjadi diktator di Libia dan berakhir dengan ditembak rakyatnya. Begitu pula dengan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang turun dari kursi presiden setelah 22 tahun berkuasa.

Terakhir adalah Bashar Al-Ashad di Suriah. Meski measih menjabat presiden, namun ia sudah kehilangan pengaruh jika tidak mendapat dukungan dari Rusia.

Namun  tahukah kamu siapa  yang memicu terjadinya peristiwa besar itu? Ia adalah seorang pemuda Tunisai bernama Mohammed Bouazizi. Ia bukan seorang yang berpengaruh, pemimpin organisasi pegerakan atau semacamnya. Bouazizi adalah pemuda sederhana yang sehari-hari menjual sayur di kota kediamannya Sidi Bouzid.

Kisahnya dimulai pada suatu waktu di akhir tahun 2010. Sebagaimana biasa, Boazizi menjual sayur untuk menghidupi keluarganya. Ia menjadi tulang punggung keluarga sepeninggalan sang ayah yang wafat sejak Bezozi masih berusia 3 tahun.

Bouazizi mencari nafkah di bawah ancaman birokrat yang korup. Ia diceritakan kerap mendapat kekerasan oleh polisi setempat yang meminta uang sogok dari dirinya. Sampai suatu kali, peralatan timbangnya disita dengan alasan yang tidak diketahui. Yang mengambil alat timbang tersebut adalah seorang polisi perempuan bernama Faida Hamdy.

Bouazizi tak gentar dengan perlakuan itu. pemuda 26 tahun itu mendatangi kantor pemerintah setempat dengan maksud meminta timbangan yang telah di sita. Permintaannya ditolak. Ia meminta bertemu dengan  wali kota untuk mengadukan masalahnya. Pemimpin kota itu menolak.

Bouazizi pun meninggalkan tempat itu. Namun ia pergi untuk kembali lagi. Kali ini ia datang dengan sebotol bensin di tangan. Berdiri tepat di depan kantor wali kota itu, ia mengguyur dirinya dengan bensin  lalu menyalakan korek.

BACA JUGA: Aksi Nekat Bocah 15 Tahun ini Membuat  2 Ribu Nyawa Terselamatkan

Peristiwa Mohammed Bouazizi yang membakar dirinya sendiri itu seketika membuat warga gempar. Ia koma selama 18 hari dan meninggal pada 4 januari 2011.

Pemakaman Mohammed Bouazizi dihadiri oleh 5 ribu orang dan terus memicu gelombang protes besar  setelahnya. Unjuk rasa terus melebar hingga tuntutan Presiden Zine El Abidine Ben Ali untuk melepaskan jabatannya.

Peristiwa di Tunisia yang dilatari heroisme Bouazizi menjadi efek domino di negara lain. Mesir, Libia, Yemen dan Suriah bergolak karenanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co