GenPI.co - Pasukan Republik Afrika Tengah bentrok dan menewaskan 44 pejuang pemberontak yang berpartisipasi dalam upaya untuk mengepung ibu kota Bangui dan menggulingkan Presiden Faustin Archange Touadera yang baru terpilih.
Bersama dengan pasukan sekutu, tentara CAR melancarkan serangan di desa Boyali, sekitar 90 km (56 mil) dari ibu kota, tanpa korban di pihak pemerintah dan 44 tewas termasuk beberapa tentara bayaran dari Chad, Sudan dan Fulani Kelompok etnis.
BACA JUGA: AS Konfirmasi Kasus Pertama Varian Baru Covid-19 Brasil
Ketika pemerintah mengatakan sekutu, itu biasanya merujuk pada pasukan Rwanda dan paramiliter Rusia yang telah dikirim ke negara yang dilanda konflik untuk memperkuat pasukan federal.
"Pasukan pemerintah kembali menyerang," juru bicara pemerintah Ange-Maxime Kazagui mengatakan kepada kantor berita AFP, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (26/1/2021).
Dia menambahkan bahwa pasukan telah merebut desa Boda, 124 km dari Bangui, dengan dukungan dari pejuang Rusia.
Pemberontak yang menguasai sekitar dua pertiga negara itu melancarkan serangan lebih dulu dan mencoba memblokir Bangui dan melakukan beberapa serangan di jalan raya utama nasional.
Enam kelompok bersenjata paling kuat di negara itu bergabung, menyebut diri mereka Koalisi Patriot untuk Perubahan (CPC).
Tetapi ibu kota dilindungi oleh pasukan penjaga perdamaian PBB yang dilengkapi dengan baik, 12.000 orang dari misi MINUSCA, serta pasukan CAR dan bala bantuan Rusia dan Rwanda.
BACA JUGA: Tak Mau Kalah, India Blokir 58 Aplikasi China Termasuk TikTok
Sementara, PBB telah memperingatkan para pemberontak yang mencoba untuk mengepung ibu kota dengan memotong tiga jalan utama yang menuju ke sana.
Dilaporkan juga oleh PBB bahwa puluhan ribu orang telah mengungsi ke negara tetangga sejak Desember, kebanyakan dari mereka menyeberangi Sungai Mbomou ke Republik Demokratik Kongo.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News