GenPI.co - Koalisi top ini tiba-tiba minta beking PBB. Ada 17 negara yang muncul. Di antaranya negara-negara kuat seperti China Rusia, Korut dan Iran.
Ke-17 negara tersebut adalah Aljazair, Angola, Belarus, Bolivia, China, Kamboja, Korea Utara, Kuba, Iran, Eritrea, Laos, Nikaragua, Palestina, Rusia, Saint Vincent dan Grenadines, Suriah dan Venezuela.
BACA JUGA: Rezeki 3 Zodiak Nggak Ada Matinya, Mereka Paling Baik Sedunia
Semuanya mencari dukungan koalisi. Misi yang dikejar adalah mempertahankan Piagam PBB dengan mendorong kembali penggunaan atau ancaman kekerasan dan sanksi sepihak.
Bila koalisi ini tercipta, Amerika bisa dibuat mati gaya. Ada rudal kiamat, rudal setan, nuklir dan ribuan mesin perang gahar yang bisa mematahkan koalisi Amerika dan sekutunya.
BACA JUGA: 4 Shio Terbang ke Surga, Keuntungan Mereka Menggetarkan Alam Raya
Satu terluka, yang lain pasti ikut membela. Dimensi kekuatannya bisa menjadi sangat besar. Poros kekuatan dunia pun bisa bergeser.
Dilansir dari Reuters pada Jumat (12/3/2021), langkah pembentukan kelompok negara tersebut dilakukan saat pemerintahan baru Presiden Amerika Serikat Joe Biden meningkatkan keterlibatan multilateral.
Ini dianggap sangat mengganggu. Apalagi, Biden terang-terangan menantang China. Tapi, saat 17 negara bersatu, cerita tantangan Biden ini bisa berubah.
BACA JUGA: Gaya Selingkuh 4 Zodiak Nyebelin Banget, Ingat Karma ya!
Dunia bisa dengan mudah membayangkan dahsyatnya kekuatan koalisi baru ini. Saat rudal antarbenua digabungkan, Timur Tengah, Laut China Selatan hingga Amerika, bisa dengan mudah dikendalikan koalisi top ini.
Belum lagi kekuatan mesin perang China, Rusia, Korut dan Iran. Ada drone, pesawat siluman, bomber, hingga sistem pertahanan udara yang tak disukai koalisi Amerika.
BACA JUGA: Tiupan Dewa Hoki Bikin 4 Shio Makmur Abadi
Seorang diplomat senior Eropa sampai berani menganalisis apa yang akan terjadi ke depannya. Tapi, dia enggan disebutkan jati dirinya.
“Mereka yang disebut sebagai teman ini adalah orang-orang yang paling banyak melanggar piagam PBB. Mungkin mereka harus mulai dengan menghormati hak asasi manusia dan kebebasan fundamental di negara sendiri,” sebutnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News