GenPI.co - Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth, telah meninggal pada usia 99 tahun, demikian menurut Istana Buckingham, pada hari Jumat (9/4/2021) kemarin.
Sebelum meninggal dunia, dia baru saja dirawat di rumah sakit karena infeksi.
BACA JUGA: Serangan Sporadis Rusia Mematikan, Warga Ukraina Ketakutan
Pangeran Philip lahir pada tanggal 21 Juni 1921 di Yunani. Bahkan, dia saat masih bayi bersama keluarganya terpaksa diasingkan dari negara tersebut tanpa alasan yang tidak diketahui.
Dia juga seorang anggota keluarga kerajaan Yunani dan Denmark, lalu bergabung dengan Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada tahun 1939, pada usia 18 tahun, setelah menempuh pendidikan di Prancis, Jerman, dan Inggris.
Pada Juli yang sama, dia mulai berkorespondensi dengan Putri Elizabeth, sepupu jauhnya yang saat itu baru berusia 13 tahun.
Dia berada di angkatan laut selama Perang Dunia Kedua, bertugas dengan istimewa di armada Mediterania dan Pasifik.
Setelah perang, Raja George VI memberinya izin untuk menikahi Elizabeth. Sebelum pertunangan mereka secara resmi diumumkan pada Juli 1947, dia menyerahkan gelar kerajaan Yunani dan Denmark-nya, menjadi warga negara Inggris yang dinaturalisasi, dan menggunakan nama belakang kakek-nenek dari pihak ibu (Mountbatten).
Dia diberi gelar, Duke of Edinburgh, dan dia menikahi Elizabeth, yang saat itu masih seorang putri, pada tanggal 20 November 1947.
Pasangan itu pindah ke Malta, tempat dia ditugaskan. Namun dia segera meninggalkan dinas militer aktif ketika Elizabeth menjadi ratu pada tahun 1952, dan secara resmi menjadi pangeran Inggris pada tahun 1957.
"Secara resmi mendedikasikan hidupnya untuk memainkan peran pendukung kepada istrinya bertentangan dengan karakter maskulinnya yang terang-terangan," kata Philip Eade, penulis Pangeran Muda Philip, seperti dilansir dari Aljazeera, Sabtu (10/4/2021).
Dalam beberapa hal, penobatan Elizabeth meletakkan segel terakhir pada pengorbanan yang dia lakukan atas kebebasannya, Philip saat muda harus melepaskan karir angkatan lautnya yang disayangi.
Setelah itu, dia berkewajiban untuk menyalurkan energinya ke dalam tanggung jawab barunya, yang sekarang hanya didorong oleh rasa tanggung jawabnya yang kuat, bukan oleh hasratnya.
Selama 70 tahun yang dia habiskan untuk melaksanakan tugas kerajaan, yang baru dia tinggalkan pada tahun 2017 pada usia 95.
Pangeran Philip kemudian menemani ratu di seluruh dunia, dalam tur Persemakmuran dan kunjungan kenegaraan.
Mereka mengunjungi 143 negara dalam kapasitas resmi, dan terlibat dengan lebih dari 780 organisasi. Salah satu yang paling sukses adalah Penghargaan Duke of Edinburgh, sebuah program untuk remaja, yang dimulai pada tahun 1956.
“Apa yang mengejutkan saya tentang dia selalu adalah keragaman minatnya yang sangat besar dan juga kedalamannya. Dia benar-benar seorang polimatik, " ungkap Charles Anson, yang merupakan sekretaris pers Ratu dari tahun 1990 hingga 1997.
“Dia menaruh minat pada orang-orang muda dengan Duke of Edinburgh's Trust, dia menaruh minat pada satwa liar, dengan karyanya dengan World Wildlife Fund, dalam bidang teknologi dan sains,” lanjut imbuhnya.
Selain itu, Pangeran Philip mengawasi modernisasi Istana Buckingham setelah Perang Dunia Kedua, serta mengatur ulang perkebunan Balmoral dan Sandringham dan menjadi penjaga Taman Besar Windsor.
"Dia ingin membuat rumah tangga kerajaan dan monarki tidak terlalu kaku, tidak terlalu formalitas di mana-mana," beber Anson.
Sebagai permaisuri kerajaan selama tujuh dekade, Pangeran Philip juga telah diakui secara luas sebagai dukungan yang sangat besar untuk Ratu Elizabeth.
Sejak tahun 1957, majalah Time memuji dia atas kepercayaan diri ratu muda yang semakin meningkat, dengan mengatakan bahwa pengantin perempuan yang licik, sedikit lusuh dan kadang-kadang dingin telah berkembang menjadi seorang ibu rumah tangga muda yang penuh gaya percaya diri dan sering kali berseri-seri hangat.
Pada ulang tahun pernikahan emas mereka pada tahun 1997, Ratu Elizabeth menggambarkannya sebagai 'kekuatannya dan bertahan selama ini'.
Ditambah lagi, pasangan itu memiliki empat anak yakni Pangeran Charles, Putri Anne, Pangeran Andrew dan Pangeran Edward.
Namun sepanjang kehidupan publiknya, Pangeran Philip juga menimbulkan kontroversi dengan lelucon atau komentar yang dianggap fanatik.
Pada tahun 1986 dalam kunjungan kerajaan ke China, dia memberi tahu sekelompok siswa Inggris. "Jika Anda tinggal di sini lebih lama lagi, Anda semua akan bermata sipit," ucap Pangeran Philip kala itu.
Insiden ini tentu selalu menarik perhatian media, tetapi Pangeran Philip jarang berhubungan langsung dengan pers dan jarang membuat pernyataan publik atau memberikan wawancara.
Menurut Eade, penulis biografi, bagaimanapun, mengumpulkan kartun surat kabar yang ditujukan untuk dirinya sendiri.
“Salah satu alasan para penulis biografi terus kembali ke Pangeran Philip adalah, terlepas dari posisinya yang unik dalam kehidupan bangsa, karakternya yang begitu penuh dengan paradoks,” kata Eade.
BACA JUGA: Mengejutkan, Pangeran Philip Meninggal, Dunia Bergetar
Baginya, Philip cerdas dan ingin tahu, tertarik pada psikologi, filsafat dan agama, serta sains, teknologi, dan alam. Meski demikian, idenya tidak selalu dipikirkan dengan matang.
“Dinamis, bersemangat, blak-blakan, dan mudah meledak semangat dan amarahnya, dia tidak pernah dipotong oleh temperamen untuk peran sekunder. Namun, itulah yang akhirnya dia pilih untuk dirinya sendiri," tutur dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News