GenPI.co - Semua harus waspada, salah satu penyakit berbahaya yang bisa mengintai nyawa manusia ialah tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Jika hipertensi ini dibiarkan dapat berisiko menyebabkan komplikasi hipertensi, seperti serangan jantung atau stroke.
Oleh sebab itu, selain harus menerapkan gaya hidup sehat, penderita tekanan darah tinggi mungkin perlu mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darahnya.
Berikut ini beberapa jenis obat hipertensi yang umum diresepkan dokter:
Diuretik merupakan salah satu golongan obat yang paling sering digunakan dalam pengobatan hipertensi.
Obat ini bekerja dengan cara menghilangkan kelebihan air dan garam yang merupakan salah satu penyebab hipertensi.
Obat hipertensi diuretik juga dapat menimbulkan efek samping, yakni kelelahan, kram otot, lesu, nyeri dada, pusing, sakit kepala, atau sakit perut.
Terdapat 3 jenis utama dari obat darah tinggi diuretik, yaitu thiazide, potassium-sparing, dan diuretik loop.
Obat angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor merupakan obat darah tinggi yang bekerja dengan menurunkan produksi angiotensin, yang merupakan penyebab pembuluh darah menyempit dan menimbulkan tekanan darah tinggi.
Obat hipertensi jenis ini dapat menyebabkan efek samping, berupa kehilangan indra perasa, kehilangan nafsu makan, batuk kering kronis, pusing, sakit kepala, lelah, gangguan tidur atau insomnia, dan detak jantung cepat.
Contoh obat ACE inhibitor: captopril, enalapril, lisinopril, benazepril hydrochloride, perindopril, ramipril, quinapril hydrochloride, dan trandolapril.
Obat angiotensin II receptor blocker (ARB) juga bekerja dengan cara menghalangi angiotensin dalam tubuh.
Namun, obat ini menghalangi kerja angiotensin dalam tubuh bukan menghalangi produksi angiotensin, sehingga tekanan darah menurun.
Efek samping obat darah tinggi ini, yaitu pusing sesekali, masalah sinus, maag, diare, dan sakit punggung.
Contoh obat ARB: azilsartan (Edarbi), candesartan (Atacand), irbesartan, losartan potassium, eprosartan mesylate, olmesartan (Benicar), telmisartan (Micardis), dan valsartan (Diovan).
Obat hipertensi ini bekerja dengan cara menghalangi efek dari hormon epinefrin (hormon adrenalin).
Hal ini membuat jantung bekerja lebih lambat serta detak jantung dan kekuatan pompa jantung menjadi menurun.
Dengan demikian, volume darah yang mengalir di pembuluh darah menurun dan tekanan darah pun ikut turun.
Adapun efek samping dari obat hipertensi beta blocker, yaitu insomnia, tangan dan kaki dingin, kelelahan, depresi, detak jantung lambat, sesak napas, nyeri dada, batuk, impotensi, sakit perut, sakit kepala, pusing, serta sembelit atau diare.
Contoh obat beta blocker: atenolol (Tenormin), propranolol, metoprolol, nadolol (Corgard), betaxolol (Kerlone), metoprolol tartrate (Lopressor) acebutolol (Sectral), bisoprolol fumarate (Zebeta), nebivolol, dan solotol (Betapace).
Obat jenis alpha blocker digunakan untuk mengatasi darah tinggi dengan memengaruhi kerja hormon norepinephrine, yang dapat mengencangkan otot-otot pembuluh darah.
Mengonsumsi obat hipertensi ini, otot-otot pembuluh darah dapat mengendur dan melebar, sehingga tekanan darah pun menurun.
Obat darah tinggi golongan ini biasanya menimbulkan efek samping berupa, detak jantung yang cepat, pusing, dan penurunan tekanan darah saat berdiri.
Contoh obat alpha blocker: doxazosin (Carduar), terazosin hydrochloride, dan prazosin hydrochloride (Minipress).
Obat vasodilator bekerja dengan cara membuka atau melebarkan otot-otot pembuluh darah, sehingga darah akan mengalir dengan lebih mudah dan tekanan darah Anda menjadi turun.
Adapun efek samping tiap obat golongan vasodilator berbeda, tetapi umumnya tidak parah dan bisa hilang dengan sendirinya.
Contoh obat vasodilator: hydralazine dan minoxidil.
Obat calcium channel blocker (CCB) dapat menurunkan tekanan darah dengan mencegah kalsium memasuki sel-sel jantung dan arteri.
Kalsium dapat menyebabkan jantung dan pembuluh darah berkontraksi lebih kuat.
Obat darah tinggi ini mempunyai efek samping seperti mengantuk, sakit kepala, sakit perut, bengkak di tangan atau kaki, sembelit, kesulitan bernapas, pusing, dan palpitasi atau detak jantung berdetak lebih cepat dari biasanya.
Contoh obat CCB: amlodipine, clevidipine, diltiazem, felodipine, isradipine, nicardipine, nifedipine, nimodipine, dan nisoldipine.(Hellosehat)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News