Ini Ciri Kulit Rusak Akibat Pakai Skincare Berkandungan Merkuri

15 Juli 2022 10:05

GenPI.co - Sudah menjadi rahasia umum bahwa skincare dan kosmetik dengan kandungan merkuri berbahaya bagi tubuh.

Dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Listya Paramita, Sp. KK pun menjelaskan tanda-tanda kerusakan kulit yang bisa terjadi akibat penggunaan krim dengan kandungan merkuri.

Menurut Listya, tanda-tanda yang muncul tidak spesifik.

BACA JUGA:  Ini Dia 3 Manfaat Jeruk Nipis Buat Kulit Wajah, Bikin Glowing!

“Terkadang tanda-tanda kerusakan itu kerap diabaikan dan dianggap sebagai ‘proses wajar’ atau proses yang perlu dilalui konsumen menuju perubahan ke kulit putih," ujarnya, dilansir dari Antara, Jumat (15/7).

Adapun reaksi yang mungkin muncul antara lain kulit kering, kasar, kelupas, kemerahan, rasa terbakar, kadang gatal, kadang panas, serta jauh lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari.

BACA JUGA:  Ini Perbedaan Jerawat di Kulit Remaja dan Orang Dewasa

“Mereka (konsumen) mengerti ada tanda-tanda yang tidak beres. Namun, ketika ditanyakan ke penjualnya, dijawab dengan, ‘Tidak apa-apa, proses untuk jadi putih harus melalui seperti itu dulu’,” ungkapnya.

Listya menegaskan bahwa kandungan bahan merkuri pada kosmetik sudah dilarang keras oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

BACA JUGA:  Moisturizer Jadi Kunci Kulit Lembap dan Awet Muda

Namun, dia mencatat bahwa produk-produk kosmetik ilegal masih beredar di pasaran, seperti melalui marketplace.

“Ketika seseorang menggunakan produk-produk ilegal dan tidak ada izin edar BPOM-nya, risikonya besar, terutama adalah kerusakan kulit di kemudian hari. Jadi memang efeknya jangka panjang,” ujarnya.

Lebih lanjut, Listya menjelaskan bahwa merkuri memang dapat memberikan efek putih instan, tetapi bahan tersebut menimbulkan kerusakan jangka panjang.

Efek putih instan itu terjadi karena adanya pengelupasan pada lapisan epidermis kulit yang disebabkan oleh senyawa merkuri klorida.

Apabila penggunaan kosmetik bermerkuri tetap dilanjutkan, lama-kelamaan akan timbul kerusakan kulit seperti dermatitis, hipo/hiperpigmentasi, baboon syndrome, erythema persisten, hingga gangguan sistemik.

“Ketika digunakan jangka panjang, kerusakan atau gangguan itu tidak hanya (terjadi secara) lokal di kulit tetapi bisa sistemik, artinya terserap lebih dalam ke pembuluh darah, merusak organ-organ yang lain,” katanya. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Pulina Nityakanti Pramesi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co