GenPI.co - Kebiasaan penggunaan online, istilah, dan nuansa sosial menunjukkan profil depresi.
Peneliti De Choudhury dkk. menyelidiki penggunaan media sosial sebagai alat pendeteksi depresi.
Karena depresi adalah penyebab utama kecacatan dan bunuh diri di seluruh dunia, melakukan deteksi dini dengan lebih baik sangatlah penting.
Peneliti selanjutnya menjelaskan bahwa platform media sosial yang berbeda menyajikan materi berbeda yang berhubungan dengan depresi.
Misalnya, Kim dkk. (2019) mencatat bahwa Facebook menggunakan indikator yang dikelompokkan berdasarkan kata-kata yang berkaitan dengan rasa sakit, penyebutan gejala depresi secara eksplisit, dan perenungan.
Alternatifnya, di Twitter (sekarang X), depresi lebih berkorelasi dengan postingan yang dipersingkat dan berfokus pada masa lalu.
Juga pada tahun 2019, Tadesse dkk. juga memeriksa postingan Reddit. Para peneliti menemukan bahwa banyak kata-kata tertentu yang dikaitkan dengan postingan yang menunjukkan depresi.
Kata-kata ini tidak hanya mencakup "depresi" atau "tidak bahagia", seperti yang mungkin diduga, namun juga kata-kata seperti "milikku", "diriku sendiri", "aman", "tekanan", "musim dingin", "benci", "menyebalkan", dan "gangguan."
Dan itu bukan hanya materi postingan media sosial. Peneliti lain, seperti Roberts & David (2023) memberi tahu kita bahwa "penggunaan media sosial secara pasif" atau scrolling tanpa berpikir, berkorelasi dengan perasaan terputus secara sosial, yang tentu saja sering kali melekat pada depresi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News