GenPI.co - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut masalah stunting harus dituntaskan secara bersama-sama.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih mengatakan stunting harus dituntaskan bersama-sama.
Menurut dia, stunting bukan hanya soal gagal tumbuh, kecil, pendek, kurus.
Akan tetapi, stunting ini juga memengaruhi perkembangan kognitif dan motorik.
"Ini berisiko ke penyakit tidak menular, seperti diabetes, obesitas, dan stroke," kata dia, dalam Roadshow Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Melalui Penguatan Sinergitas Pemerintah dan Media di Solo, Jawa Tengah, Kamis (7/12).
Eka menggarisbawahi penyintas stunting ini akan mengalami gangguan metabolik apabila sudah dewasa.
Di sisi lain, pihaknya mencatat kondisi stunting di Jawa Tengah, terjadi penurunan dari tahun 2021 ke tahun 2022, meski kecil.
"Tahun 2021 di Jawa Tengah di angka 20,9%, sedangkan tahun 2022 turun menjadi 20,8%. Terjadi penurunan 0,1%," papar dia.
Apabila mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, stunting mesti diturunkan 14% pada tahun 2024.
Dengan demikian, Eka menyebut stunting di Jawa Tengah harus diturunkan sebesar 6% pada tahun 2024.
Adapun salah satu upaya untuk menurunkan angka stunting adalah menurunkan tim pendamping keluarga berisiko stunting.
Eka membeberkan ada sebanyak 27.000 tim pendamping keluarga berisiko stunting di Jateng.
"Mereka ini tugasnya mendampingi keluarga berisiko stunting yang jumlahnya 1,6 juta keluarga. Artinya pemerintah sudah sedemikian rupa untuk melakukan penataan program penanganan stunting," jelas dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News