GenPI.co - Matcha berasal dari daun teh hijau yang ditanam di tempat teduh dan kemudian dikeringkan.
Berbeda dengan teh daun biasa, matcha hadir dalam bentuk bubuk.
Dilansir Health, matcha bisa langsung dicampurkan ke dalam air, susu, dan berbagai resep makanan.
Matcha paling populer dikonsumsi sebagai teh atau latte, tetapi juga banyak ditemukan dalam berbagai hidangan es krim, cheesecake, pancake, dan kue kering.
Secara nutrisi, matcha dikenal kaya antioksidan dan senyawa tanaman yang bersifat anti-inflamasi.
Menurut ahli gizi di California Sapna Peruvemba, matcha mengandung kombinasi unik antara kafein dengan L-theanine.
Kombinasi tersebut memberikan efek energi yang tenang dan terfokus.
"Kamu bisa merasa lebih waspada tanpa gelisah atau kelelahan seperti yang kadang terjadi setelah minum kopi," kata Peruvemba.
Dalam satu sendok teh bubuk matcha terdapat sekitar 70–80 mg kafein, sedikit lebih rendah dari secangkir kopi yang mengandung sekitar 90 mg.
Meski matcha menawarkan banyak manfaat, ada kekhawatiran seputar kandungan tanin di dalamnya.
Tanin merupakan senyawa antioksidan yang juga bisa menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh.
Tanin juga terdapat dalam makanan lain seperti cokelat, sayuran berdaun hijau, kopi, dan kacang-kacangan.
Namun, matcha mengandung tanin dalam konsentrasi tinggi, terutama jenis epigallocatechin gallate (EGCG).
Asisten Direktur Nutrisi Olimpiade di Universitas Memphis Kirbie Daily menjelaskan konsumsi matcha dalam jumlah besar atau terlalu dekat dengan waktu makan bisa mengurangi kemampuan tubuh menyerap zat besi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News