GenPI.co - Sebuah produsen mobil Jepang yang melakukan kecurangan dalam uji keselamatan selama beberapa dekade, mengatakan pihaknya tidak memperkirakan akan melanjutkan pengiriman mobilnya dalam waktu dekat.
Dilansir AP News, Pemerintah Jepang memerintahkan anak perusahaan Toyota untuk menghentikan produksi seluruh jajaran produknya setelah laporan hasil uji keselamatan palsu muncul tahun lalu.
Daihatsu Motor Co. melewatkan uji keselamatan wajib dengan menyalin data dari pengujian di satu sisi mobil ke sisi lainnya, dan menggunakan pengatur waktu untuk memastikan kantung udara meledak saat pengujian, demikian temuan sebuah tinjauan.
Tidak ada kecelakaan besar yang dilaporkan sehubungan dengan kecurangan tersebut, namun berita tersebut telah menimbulkan pertanyaan serius mengenai pengawasan di Daihatsu, serta perusahaan induknya, Toyota.
Regulator Jepang menyetujui lima model perusahaan setelah pengujian lebih lanjut, namun pimpinan perusahaan mengatakan pabrik akan tetap tutup karena menunggu pemasok.
"Kami menghadapi jalan yang sangat sulit untuk mendapatkan kembali kepercayaan pelanggan mengenai keselamatan dan keamanan,” kata manajer perusahaan Keita Ide pada hari Senin, menekankan bahwa pelanggan merasa dikhianati.
Dia mengatakan perusahaan sedang menyusun rencana untuk mencegah kecurangan di masa depan.
Daihatsu dikenal dengan mobil kei, atau mobil ringan, termasuk “kei” atau mobil kecil Daihatsu Tanto yang populer.
Dia juga memproduksi kendaraan sport hybrid Toyota Raize, juga dijual sebagai Daihatsu Rocky.
Investigasi yang melibatkan pakar pihak ketiga menemukan 174 kasus tes palsu yang memengaruhi puluhan model, termasuk mobil yang dijual dengan nama Toyota Motor Corp.
Tinjauan tersebut menemukan bahwa kecurangan sudah terjadi sejak 30 tahun yang lalu.
Skandal ini bermula setelah seorang pengungkap fakta (whistleblower) melapor pada bulan April tahun lalu.
Daihatsu telah meminta maaf dan menjanjikan reformasi besar-besaran terhadap budaya perusahaannya.
Presiden Daihatsu Soichiro Okudaira mengaitkan kecurangan tersebut dengan tekanan terhadap pekerja untuk memenuhi tenggat waktu yang ketat.
Daihatsu mengatakan kemungkinan akan ada penarikan kembali, meski belum ada yang diumumkan. Laporan media Jepang mengatakan penarikan tersebut kemungkinan berjumlah lebih dari 300.000 kendaraan.
Grup Toyota juga pernah diguncang skandal serupa sebelumnya, yang menjerat produsen truk Hino dan Toyota Industries Corp., yang memproduksi mesin, mesin, dan kendaraan.
Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan tentang kepemimpinan Chairman Akio Toyoda, mantan CEO dan cucu pendiri Toyota.
"Standar tata kelola di grup Toyota dipertanyakan,” kata surat kabar Sankei yang beredar secara nasional dalam editorialnya.
"Menyelesaikan permasalahan ini sangat diperlukan, karena kepercayaan konsumen terhadap merek Toyota secara keseluruhan sedang terancam." (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News