Ali Ngabalin Rusak Citra Jokowi, Pemuda Muhammadiyah: Tak Beradab

16 Mei 2021 15:40

GenPI.co - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin banjir kritikan pedas, setelah dirinya menyebut Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM Busyro Muqoddas berotak sungsang. Kini, Ali Ngabalin dinilai tak beradab.

Ali Ngabalin mendadak membuat kegaduhan dengan 'menyerang' dua Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas dan Anwar Abbas.

BACA JUGA: Ali Ngabalin Makin Jemawa, 2 Ketua Muhammadiyah Disuruh Mundur

Hal itu bermula dari pernyataan Busyro Muqoddas yang menilai KPK tamat di tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Ali Ngabalin yang tak sependapat dengan Busyro Muqoddas yang pernah menjadi Komisioner KPK itu lantas merespons lewat akun Instagram bercentang biru miliknya.

"Otak-otak sungsang seperti Busyro Muqoddas ini merugikan persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah dan pendidikan umat yang kuat dan berwibawa. Kenapa harus tercemar oleh manusia prejudice seperti ini," tulis Ali Ngabalin, Kamis (13/5).

Pernyataan Ali Ngabalin itu menuai kritik dari Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas. Menurut Anwar Abbas, Ali Ngabalin sebagai pihak Istana telah merusak citra Presiden Jokowi.

BACA JUGA: Pernyataan Keras Anak Gus Dur Mengejutkan: TWK KPK Mbelgedes

"Menurut saya, Ngabalin lebih banyak merusak citra Jokowi daripada memperbaiki citra Jokowi. Lebih banyak masfadah (kerusakan). Jokowi menjadi terkesan antikritik, padahal Jokowi menyatakan dirinya terbuka terhadap kritik," ungkap Anwar Abbas.

Anwar Abbas pun menyarankan Jokowi mencari orang yang lebih tenang ketimbang Ali Ngabalin.

Orang dengan pilihan diksi yang baik, sehingga Jokowi tidak dirugikan. Anwar Abbas mengaku pernah pula dinilai Ngabalin dengan diksi yang sama dengan yang dipakai Ali Ngabalin untuk menilai Busyro Muqoddas.

"Saya juga pernah dikatakan Ngabalin sebagai Pak Tua yang pikirannya sungsang. Kalau saya sih nggak marah. Pak Busyro saya rasa juga nggak marah. Bagi Muhammadiyah, yang penting negara ini berjalan dengan baik," jelas Anwar Abbas.

Namun, bukannya sadar. Ali Ngabalin menjawab kritik Anwar Abbas dengan menyebut Busyro jangan berbicara laiknya pegiat antikorupsi. Kepada Anwar Abbas pun Ngabalin mengatakan sebaiknya bergabung dengan partai politik (parpol) jika ingin berpolitik.

"Pak Busyro itu jangan memposisikan diri seperti pegiat LSM antikorupsi di PP Muhammadiyah, Anwar Abbas ya maksudnya itu (mengkritik). Sama seperti Pak Anwar Abbas, kalau mau berpolitik, masuk saja parpol, nggak usah di Muhammadiyah atau MUI. Kasihan, beliau-beliau itu kan orang baik, orang-orang terhormat," jelas Ali Ngabalin kepada wartawan, Kamis (13/5).

"Saya ini kenapa keras memprotes itu? Karena saya keberatan kalau Muhammadiyah itu dirusaki untuk mencederai namanya. Tercederai itu organisasi yang berwibawa, kuat, bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah. Sebaiknya berhenti saja dari Muhammadiyah, kemudian aktif di LSM, jadi tidak merusak Muhammadiyah," sambungnya.

Oleh sebab itu, Ali Ngabalin menyarankan sebaiknya Anwar Abbas dan Busyro Muqoddas mengundurkan diri dari Muhammadiyah. 

"Kalau saya keras bicara tentang Pak Busyro dan Pak Anwar Abbas, itu ya karena mereka adalah pimpinan Muhammadiyah, sebaiknya mereka berhenti, sebaiknya mengundurkan diri, supaya lebih bebas," jelas Ali Ngabalin.

Sementara itu, Pemuda Muhammadiyah langsung angkat bicara merespons Ali Ngabalin karena tak beradab.

"Mengatakan berotak sungsang itu sudah sangat mencela dan tidak beradab menurut saya," tegas Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto dalam keterangannya, Jumat (14/5).

Menurut Sunanto, dirinya merasa heran atas sikap Ali Ngabalin yang membalas kritik dengan cercaan. 

"Kalau saya begini, kan prinsipnya begini bahwa di bangsa ini mengkritik boleh dengan alasan-alasan yang kuat kan. Tapi membalas kritik dengan mencerca yang saya kira tidak boleh dan itu merusak ritme bernegara," jelas Sunanto.

Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah ini pun malah balik menyebut Ali Ngabalin sendiri yang berotak sungsang. 

"Orang kalau tunjuk orang berotak sungsang, itu sebenarnya dirinya yang sungsang, otaknya yang sungsang. Kalau menunjuk orang otaknya sungsang, berarti menunjuk dirinya sendiri. Karena, kalau menunjuk orang itu, menunjuk berarti 4 jarinya ke diri kita. Itu sebenarnya dirinya lagi ngomong bahwa otaknya lagi sungsang. Itu maksud saya," beber Sunanto.

Terlepas dari otak sungsang, sebenarnya kritik dari Busyro Muqoddas harus dijawab pemerintah dengan penjelasan rasional. 

"Jadi bahwa apa yang disampaikan Pak Busyro seharusnya ditanggapi dengan penjelasan ilmiah. Saya kira begitu. Jadi mengkritik bahwa misal Pak Jokowi melemahkan KPK yang tinggal dibuktikan bahwa Pak Jokowi malah memperkuat, gitu," ungkap Sunanto.

"Dengan data-data kan beres, rasional gitu, tidak melebar pada serangan individu dengan mengerdilkan etika dan itu merusak citra Pak Jokowi juga karena menurut saya etika komunikasi Pak Jokowi kan santun gitu, santun dan tidak menjelekkan orang, ya diberesin aja," pungkasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co