GenPI.co - Soal Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang tidak diundang saat Ketua DPP PDIP Puan Maharani memberi pengarahan kepada kader partainya di Kantor DPD PDIP Jateng belum lama ini, masih hangat diperbincangkan.
Pengamat Politik Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara Najib Husain menilai, PDIP agar cerdas dalam memainkan strategi terhadap kadernya Ganjar Pranowo.
Hal ini mengingat, elektabilitas Ganjar seperti diungkap sejumlah survei Pilpres 2024, yang makin siginifikan.
"Kalau kemudian PDIP tidak secara cerdas dalam dalam memainkan strateginya ini maka dia akan menjadi blunder buat PDIP, karena bisa jadi dengan perlakuan PDIP ini menyebabkan Ganjar akan membuka ruang kepada partai-partai lain yang bisa mendekat kepada Ganjar," kata Akademisi, Najib dikutip Antara, Sabtu (29/5/2021).
Dia menilai, antara PDIP dan Ganjar sama-sama memberi pengaruh besar satu sama lain.
Sehingga posisi itu lah yang kemudian ditunjukkan oleh PDIP kepada publik, bahwa figur Ganjar tidak lebih kuat dibanding figur PDIP.
Namun, ujarnya, kekuatan partai masih sangat besar pengaruhnya terhadap Ganjar.
Jadi, lanjutnya, pesan itu sebenarnya yang ingin dijual PDIP kepada publik agar Ganjar tidak menjadi figur yang cukup kuat dan kemudian bisa meninggalkan PDIP di beberapa bulan ke depan.
"Saya pikir itu sebuah strategi yang dijalankan oleh PDIP untuk menunjukkan bahwa Ganjar itu adalah kader PDIP dan sampai hari ini pun Ganjar itu harus mengikuti perintah partai. Sehingga tidak terkesan bahwa ke depan Ganjar akan meninggalkan PDIP dan beralih ke partai yang lain," ujar dia.
Kalaupun persoalan apakah Ganjar memang sengaja dikucilkan oleh PDIP, menurutnya, itu bukan menjadi pesan utama dari PDIP.
Pesan utama dari PDIP ingin menunjukkan kepada publik bahwa apapun adanya Ganjar, masih sangat terikat dan masih sangat patuh dengan PDIP.
Meski begitu, Najib melihat bahwa Ganjar saat ini sudah punya peluang untuk “menjual diri” kepada partai lain.
Sehingga menurut dia, Ganjar Pranowo tidak perlu merasa khawatir dan merasa sangat takut ketika ditinggalkan oleh PDIP, karena sudah memiliki kekuatan figur yang bisa dijual kepada partai-partai yang lain.
"Malahan bisa saja menguntungkan buat Ganjar, dengan kehadirannya bahwa dia sudah mulai ditinggalkan PDIP sehingga pemilih-pemilih yang tidak senang dengan PDIP bisa saja kemudian beralih untuk mendukung Ganjar," kata Najib. (*/ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News