Akademisi Politik Blak-blakan: Masa kegelapan akan kembali...

24 Juni 2021 10:15

GenPI.co - Akademisi Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga blak-blakan menilai tujuan Komunitas Jokowi-Prabowo (Jok-Pro) 2024 bukan untuk menetralisir polarisasi ekstrem di Indonesia setelah Pilpres 2024.

Namun, kehadiran sukarelawan itu hanya tameng untuk menggolkan presiden tiga periode.

Menurut Jamiluddin Ritonga, para oportunis ini dengan segala cara akan terus berupaya menggolkan presiden tiga periode.

BACA JUGA:  Jangan Sepelekan, Khasiat Minum You C 1000 Sungguh Mencengangkan

"Kelompok-kelompok tertentu berupaya presiden tiga periode terwujud, karena mereka belum dapat capres yang bisa memberikan kenikmatan politik seperti sekarang ini. Mereka ini bermental saudagar yang selalu mengedepankan transaksi," jelas Jamiluddin Ritonga dalam keterangan tertulisnya pada GenPI.co, Senin (21/6).

Pasalnya, Jamiluddin Ritonga menilai, mereka ini sudah nyaman menikmati kompensasi berupa kenyamanan ekonomi atas dukungannya selama ini terhadap rezim yang berkuasa.

BACA JUGA:  Mabes Polri Buka-bukaan: 2 Tersangka Penembak Laskar FPI Akhirnya

Oleh sebab itu, Jamiluddin Ritonga mengingatkan agar para reformis harus berhati-hati atas semua sikap dan tindakan para oportunis. Jika para reformis lengah, presiden tiga periode akan jadi kenyataan.

"Hal itu akan menjadi petaka bagi demokrasi di Indonesia. Masa kegelapan akan kembali menyelimuti negeri tercinta," bebernya.

BACA JUGA:  Instruksi AHY Bikin Kaget, Seret Presiden Jokowi

Pengamat Komunikasi Politik ini juga melihat kekhawatiran Jok-Pro 2024 terkait ancaman polarisasi ekstrem tampaknya sangat spekulatif.

Sebab, polarisasi ekstrem pendukung Jokowi dan Prabowo yang dikenal dengan cebong dan kampret itu harusnya sudah teratasi dengan bergabungnya Prabowo Subianto ke Pemerintahan Jokowi.

Bergabungnya Sandiaga Uno ke Pemerintahan Jokowi juga seharusnya semakin melenyapkan polarisasi tersebut.

"Nyatanya, cebong dan kampret tetap saja "bertarung" di media sosial. Cebong dan kampret terus berhadap-hadapan dalam "konfrontasi" yang terkesan tidak berujung," beber Jamiluddin Ritonga.

Menurut Jamiluddin Ritonga, masalah polarisasi anak bangsa tidak akan selesai hanya karena menyatukan Jokowi dan Prabowo sebagai pemimpin Indonesia.

Sebab, mereka saat itu memilih Jokowi bisa saja karena tidak menyukai Prabowo. Mereka memilih Jokowi semata karena tidak ada pilihan lain.

"Sebaliknya, yang memilih Prabowo juga kemungkinannya sama. Mereka memilih Prabowo bisa saja karena memang tidak menyukai Jokowi," pungkas Jamiluddin Ritonga.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co