Mafia Kesehatan Raup Keuntungan di Tengah Penderitaan Rakyat

02 Agustus 2021 11:50

GenPI.co - Sekretaris Jenderal Organisasi sayap aktivis pro demokrasi PDI Perjuangan, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), Abe Tanditasik menilai ada permainan bisnis dalam tes PCR covid-19 yang terkesan dibiarkan.

Menurutnya, mafia kesehatan meraup untuk besar di tengah penderitaan rakyat. Pasalnya, masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk mengetahui hasil tes PCR secara cepat.

Abe bahkan mengatakan bahwa ada permainan istilah untuk mendapatkan hasil cepat dengan membayar lebih, yaitu “silver”, “gold”, dan “platinum”.

BACA JUGA:  Setelah Pendaftaran Tes PPPK, Guru Honorer Makin Deg-degan, Nih

“Untuk ‘silver’, hasil keluar minimal sepuluh hari. Kalau ternyata positif dan pasien terlanjur meninggal, ya sudah. Ini jadi seperti bisnis pemakaman,” katanya kepada GenPI.co, Sabtu (31/7).

Abe memaparkan bahwa aktivis Redpem bahkan menemukan sebuah ibukota Provinsi yang hanya memiliki satu lab penguji tes PCR. Hal itu membuat semua lab penerima sampel mengirimkannya ke sana.

BACA JUGA:  Organisasi Sayap PDIP Minta Pemerintah Hentikan Tes PCR Berbayar

“Lab swasta tersebut mematok harga minimal Rp 900 ribu. Bisa dibayangkan apa yang terjadi dengan sampel yang dari puskesmas?” paparnya.

Oleh karena itu, Redpem menyarankan agar tes swab antigen dan PCR harus dilakukan secara gratis dan dilakukan dengan sistem “jemput bola”.

Lebih lanjut, Abe meminta BUMN dan BUMD kesehatan tak menjadi makelar obat dan vitamin dengan menjual kedua barang itu dengan harga eceran tertinggi (HET).

“Ini sedang dalam tindakan penyelamatan, bukan melulu bisnis. Belum lagi soal ketersediaan oksigen yang sampai saat ini belum tertangani dengan baik. Tak perlulah bermain buzzer saat ini,” ungkapnya.

Redpem juga menyarankan agar vaksinasi dilakukan dengan sistem “jemput bola”, terutama di luar Jakarta. Pasalnya, tak mungkin jika satu puskesmas tingkat kecamatan di Pulau Jawa hanya bisa melayani 100 vaksinasi per hari.

“Mustahil kejar target herd immunity kalau polanya seperti itu. Edukasi juga masyarakat yang masih menunggu vaksin merek tertentu agar mereka mau langsung vaksinasi dengan vaksin yang tersedia,” tuturnya.

Lebih lanjut, Abe berharap pemerintah kembali memberlakukan new normal dengan terus memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.

“Selama sebulan pengekangan ini yang terjadi bukan hanya mati karena covid-19, tapi mental masyarakat menjadi depresi karena tidak bisa mencari penghidupan,” pungkasnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co