GenPI.co - Gatot Nurmantyo disebut ingin panjat sosial (pansos). Itu setelah mantan Panglima TNI itu menggaungkan isu komunis dan PKI.
Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul buka-bukaan soal ini
Adib menilai, isu Komunis ini tidak akan laku selama era pandemi covid-19 tidak berakhir.
“Kalau saat pandemi gini ya jadi tidak menarik lagi. Rakyat masih sibuk soal perutnya,” ujar Adib Miftahul kepada GenPI.co, Jumat (1/10).
Menurutnya, apa yang diserukan Gatot Nurmantyo hanyalah permainan komoditas politik.
Kendati demikian, dirinya mengakui bahwa seorang tokoh memag harus memiliki permainannya sendiri.
“Pak Gatot memang harus punya mainan kalau memang dia mau diperhitungkan di 2024. Akan tetapi, isu yang dimainkan Pak Gatot seharusnya berbobot,” katanya.
Adib juga mengatakan bahwa isu Komunisme tidak akan menarik untuk kalangan orang-orang yang terdidik. Sebab, masyarakat telah jengan dengan isu PKI.
“Bahkan, komunis ini cenderung sudah tidak ada. Saya sendiri menili bahwa PKI tidak ada lagi, kan ideologinya sudah kalah dengan kapitalis,” ujarnya.
Walakin, Adib menilai isu tersebut menjadi pertahanan terakhir Gatot Nurmantyo untuk mempertahankan popularitasnya dalam jangka panjang.
“Pak Gatot memang harus memainkan isu terus menerus. Karena pertarungan di 2024 masih panjang,” katanya.
Dirinya juga berharap semua pihak untuk adil dalam berpendapat dan menyatakan bahwa isu komunits telah selesai.
“Kalau masih menganggap komunis ada, berarti kita juga tidak melihat kinerja TNI, Bin, dan Kepolisian,” katanya.
Di sisi lain, dirinya mengaku setuju Indonesia punya sejarah kelam. Akan tetapi, menurut Adib, isu tersebut dijadikan komoditas politik oleh Gatot Nurmantyo.
“Negara mana yang masih mempertahankan ideologi Komunis? Korea Utara? Sudah tidak lku lagi ideologi ini di dunia. Terlebih lagi Indoneia, sukanya lebih ke Kapitalis,” tandasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News