GenPI.co - Barisan Relawan Nusantara (BaraNusa) melaporkan Natalius Pigai atas dugaan kasus rasisme. Respons Jokowi-Ganjar masih ditunggu.
Meski begitu, Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia Democratic Policy Satyo Purwanto menentang pengaduan ini.
"Revisi UU ITE dalam pasal 27 ayat 3 merupakan delik aduan dan dipertegas dalam psl 45 ayat 5," papar Satyo kepada GenPI.co, Rabu (6/10).
Oleh sebab itu, menurut Satyo, pelaporan dugaan pelanggaran UU ITE yang bersifat delik aduan tidak lagi bisa diwakilkan.
"Yang melapor harus pihak yang dianggap korban. Artinya, harus Jokowi dan Ganjar sendiri yang datang membuat laporan polisi," katanya.
"Pernyataan Bung Pigai memang terkesan tendensius, namun bermakna luas dan multitafsir," ujar Satyo kepada GenPI.co, Rabu (6/10).
Satyo menilai apa yang dikatakan Natalius Pigai tidak bisa langsung dimaknai rasial terhadap masyarakat Jawa Tengah.
Tidak hanya itu, Satyo juga menilai apa yanh dicuitkan oleh Natalius Pigai belum bisa diartikan sebagai ujaran yang rasis terhadap masyarakat Jawa Tengah.
"Belum tentu diartikan sebagai pernyataan bersifat rasisme, sebab adanya kata orang Jawa Tengah yang bisa diartikan perorangan," katanya.
Oleh sebab itu, dirinya menyarankan ahli bahasa untuk mengungkap motif dan makna yang terkandung dalam cuitan Natalius Pigai sebelum memperluas isu rasisme tersebut.
"Yang dimaksud orang Jawa Tengah bisa siapa saja, bisa dari golongan manapun, bisa darimana pun. Lebih tepat jika ahli bahasa yang menafsirkan," ujar Satyo.
Seperti diketahui, sebelumnya Natalius Pigai sempat mencuit dan mengunggah sebuah video kunjungan Ganjar Pranowo ke Papua.
Dalam video tersebut, kader PDIP tersebut menyatakan bahwa makanan khas Papua enak.
Pigai lantas mencuit agar tidak mempercayai Ganjar dan Jokowi dan menyinggung soal keresahannya terkait rakyat Papua.
"Jangan percaya orang Jawa Tengah Jokowi dan Ganjar," ujar Pigai.
Dirinya lantas mengatakan bahwa mereka (Jokowi dan Ganjar) merampok kekayaan Papua.
"Mereka bunuh rakyat papua, injak-injak harga diri bangsa Papua dengan kata-kata rendahan Rasis," lanjutnya.
Bahkan, dirinya juga menilai bahwa orang-orang dari Jawa Tengah kerap menyebut rakyag Papua sebagai binatang (Monyet) dan sampah.
"Kami bukan rendahan. Kami lawan ketidakadilan sampai titik darah penghabisan. Saya penentang ketidakadilan," tandasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News