GenPI.co - Pengamat politik Dedi Kurnia Syah memberi tanggapan terkait isu reshuffle yang kian bergaung jelang hari Rabu Pon.
Seperti diketahui, istana memiliki tradisi dan kebiasaan unik dalam mengumumkan reshuffle kabinet pada Rabu Pon.
Sementara bulan Desember ini, Rabu Pon yang akan jatuh pada tanggal 8 Desember nanti.
“Reshuffle masih mungkin terjadi karena PAN sebagai mitra koalisi belum mendapat posisi, pergantian semestinya mengakar pada dua soal,” ujar Dedi kepada GenPI.co, Rabu (1/12).
Pertama, menurut Dedi, Jokowi akan mempertimbangkan soal performa kinerja kabinetnya yang lemah.
Namun demikian, menurutnya alasan tersebut sejauh ini akan sulit terealisasi karena sosok yang acapkali rekrut oleh Jokowi bukanlah orang-orang yang profesional di bidangnya.
“Ini sulit terealisasi, mengingat mereka yang ada di kabinet bukan secara profesional direkrut terbuka tapi melalui tahapan rekomendasi politik dan kontribusi pada pemenangan Pilpres,” ucapnya.
Kedua, menurutnya, pertimbangan politik menjadi alasan yang sangat menentukan. Pasalnya, langkah tersebut sangat jelas menyasar kelompok non kader parpol.
“Jika pilihan ini paling mungkin, maka menteri perdagangan, menteri dalam negeri, menteri koperasi, hingga menko pmk, memungkinkan di geser,” katanya.
Di sisi lain, Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai Jokowi tidak pernah berpikir matang saat menunjuk menteri baru dalam setiap perombakan kabinet.
Bahkan, menurutnya, Jokowi tidak pernah mendengarkan masukan publik terkait nama-nama yang pantas menjadi menteri.
“Saya lihat sejak periode lalu Jokowi tak pernah membaca kemampuan dan keahlian menterinya. Dia kalah jauh dengan presiden-presiden pendahulu” kata Jerry.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News