GenPI.co - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menilai bahwa ketua partai politik di Indonesia hanya berternak politikus.
Menurut Hamzah, negara dengan sistem presidensial seharusnya menempatkan ketua umum partai politik layaknya seorang event organizer.
"Dia hanya mengurusi organisasi partainya dan yang sebenarnya mendapatkan kepercayaan dari rakyat adalah para kader," ujarnya dalam diskusi "Reformasi Sistem Politik, Mengapa Fraksi DPR Sebaiknya Dihapus?", Rabu (12/1).
Fahri menilai apa yang terjadi di Indonesia adalah tradisi di sistem totalitarian, bukan demokrasi.
Para pemimpin partai politik di Indonesia hanya memperjualbelikan jabatan yang ada dalam lembaga resmi negara untuk memperoleh uang dan kekuasaan.
"Kita harus membiasakan pemimpin partai politik itu yang rendah hati, agar tidak memeras orang dengan kekuasaan yang dimiliki" ungkapnya.
Lebih lanjut, pemimpin partai politik Tanah Air tak lagi dipilih secara demokratis, tetapi lewat aklamasi.
"Partai politik juga makin merepresentasikan sesuatu yang bukan ide, tapi hanya harta, media, atau keluarga," tuturnya.
Fahri menegaskan partai politik seharusnya bisa menjadi organisasi intelektual, bukan kekuasaan.
Partai politik hari ini justru memiliki DNA totalitarian, bukan lagi demokrasi.
"Kekuasaan itu hanya ada ketika rakyat memberikan mereka mandat melalui pemilu. Di luar mandat itu, dia tak boleh punya kontrol atas kekuasaan dan uang," paparnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News