Seruan Keras Airlangga Hartarto Tak Main-Main untuk Semua Ormas

06 Juni 2022 15:50

GenPI.co - Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Ketua Majelis A'la Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) Airlangga Hartarto meminta organisasi kemasyarakatan (ormas) tidak lagi memanfaatkan politik identitas menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Dia menilai menggunakan politik identitas sebagai alat politik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat merupakan sikap yang dapat memecah belah persatuan bangsa Indonesia.

"Politik identitas telah merusak tatanan hidup berbangsa dan memecah belah persatuan umat. MDI memiliki tugas untuk menyatukan umat dan menghentikan politik identitas pada tahun politik," kata Airlangga usai melantik pengurus Majelis Pimpinan Pusat (MPP) MDI periode 2022-2027 di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta, dikutip dari Antara, Senin (6/6/2022).

BACA JUGA:  Airlangga Hartarto: Koalisi Indonesia Bersatu Jadi Harapan Baru

Airlangga juga mengingatkan para pengurus MPP MDI yang baru dilantik itu agar turut membantu mencari solusi untuk penyelesaian masalah elektoral serta mampu menyalurkan aspirasi umat Islam.

Menurutnya, Partai Golkar bersama beberapa partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) terus berusaha menyelesaikan masalah populisme dan politik identitas.

BACA JUGA:  Baralangga Getol Blusukan Perkenalkan Airlangga ke Masyarakat

"Sementara MDI bergerak pada persoalan dakwah yang menyatukan umat," tegas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu.

Airlangga turut meminta Ketua Umum MDI K.H. Choirul Anam, Sekretaris Jenderal (Sekjen) MDI Gunawan Hidayat, serta seluruh jajarannya harus terus mengembangkan Islam washatiyah.

BACA JUGA:  Airlangga Hartarto Minta Ormas Tak Lagi Mainkan Politik Identitas

"Menjadi Islam yang moderat agar tercipta persatuan bangsa, tidak terpecah belah," jelasnya.

Dia juga mengungkapkan pentingnya kebangkitan ekonomi dari pondok pesantren, yang salah satunya digagas Kementerian Perindustrian melalui program Santripreneur​​​​​​​,​​​​​​​ untuk menciptakan santri yang mandiri dan menjadikan pesantren mampu mengembangkan produk usaha untuk ekspor.

"Contohnya, bisa punya pabrik sandal. Jadi, sandal santri tidak sering hilangl; bahkan bisa mengekspor sandal," terang dia.

Sementara itu, Choirul Anam menambahkan sejak dibentuk pada 24 Mei 1978, keberadaan MDI terus mendukung dan membantu Pemerintah dalam pembangunan.

"MDI mengambil peran dakwah pembangunan dengan bahasa agama," imbuhnya.

Choirul Anam ikut mengajak seluruh kader MDI untuk menghindari politik identitas, yang terbukti dapat menciptakan jurang perpecahan antaranak bangsa, bahkan umat Islam sendiri.

"Kami ingin terus menumbuhkan semangat toleransi dan semangat kebangsaan, setinggi apa pun dinamika politik yang terjadi," tandas dia.(Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co